situs bandarq

Bude Eni Teman Ibuku Yang Montok

Bude Eni Teman Ibuku Yang Montok

Pengalaman seks ini kulakukan baru beberapa hari yang lalu dan disini aku akan mencoba menceritakannya. Langsung saja aku mulai dan sebelum melanjutkan cerita seks ini perkenankan aku untuk memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Namaku Nanang umurku 20 tahun masih bisa dibilang muda sebenarnya untuk urusan beginian, meskipun aku masih muda, tapi aku mempunyai tubuh yang dewasa, alias bodi gede, maka dari itu aku bisa menggaet tetanggaku yang umurnya jauh diatasku sebut saja namanya bude Eni. Dia berumur 35 tahun, wajahnya sangat keibuan dengan selalu berpenampilan sederhana seperti layaknya ibu-ibu yang lain yang tinggal di sekitar rumahku.


Cerita dewasa sex online Bude Eni memiliki 2 orang anak yaitu Amir yang usianya setara dengan umurku. Dan Ikbal masih sekolah Smp kelas 3. Walaupun sudah punya 2 orang anak tapi body bude Eni masih kenceng dan montok sekali. Bude Eni mempunyai toket dengan ukuran kira-kira 38 B(bisa kalian bayangkan betapa besarnya toket itu), pinggul ramping serta pantatnya sangat bulat menonjol ke belakang, jadi kalau bude Eni sedang jalan terlihat pantatnya sangat menantang untuk di pegang dan di remas.
Rabu sore rumahku jadi tempat arisan oleh teman-teman mamaku yang ada di lingkungan rumah, karena di rumah cuma ada aku, jadi aku membantu mamaku dalam menyiapkan keperluan untuk arisan nanti sore karena kakak perempuanku belum pulang kerja. Dirasa masih butuh bantuan mamaku memanggil bude Eni untuk membantunya. Ketika aku sedang sibuk dengan pekerjaanku, dari dapur mamaku berteriak.
“Jeng, aku kehabisan gula pasir nih, di rumahmu masih ada gak?” kata mamaku ke bude Eni.
“Maaf jeng, kebetulan di rumahku juga habis. ya udah sini biar aku belikan di pasar” jawab bude Eni.
Lalu mamaku memberikan uang kepada bude Eni. Sambil berkata,
“Maaf ya jeng malah merepotkan, biar dianter sama Nanang ke pasarnya”
“Nang, ayo anterin bude ke pasar buat beli gula pasir…” kata bude Eni menyuruhku.
Sebetulnya aku malas sekali untuk keluar rumah, karena ini perintah mamaku jadi aku harus menurutinya. Kemudian aku dan bude Eni ke pasar. Setelah membeli gula bude Eni menghampiriku di parkiran motor dan bilang,
“Nang habis ini kita ke rumahku dulu ya, aku mau mandi sekalian ganti baju supaya pas acaranya mulai aku tak perlu bolak-balik ke rumah dulu”
“Baik Bude” jawabku singkat.
Kemudian aku melajukan motorku kearah rumah bude Eni. Dan setelah sampe bude Eni kembali ngomong padaku,
“Nang, kamu tunggu sebentar ya, bude nebeng kamu aja, lumayan ngirit tenaga supaya nggak cape jalan…hehehee…” canda bude Eni.
“Siap bude, aku akan nunggu bude di sini kok” kataku.
Bude Eni segera masuk rumah dan langsung menuju kamar mandi. Dan di dalam kamar amndi bude Eni berteriak dan bilang ke aku,
“Nang, kalau mau minum ambil langsung di kulkas ya…”
“Iya bude…” jawabku.
Sudah hampir setengah jam aku nungguin bude mandi tapi gak selesai juga, kuputuskan aku masuk ke rumah bude untuk menonton TV biar gak jenuh. Dan tak lama kemudian bude Eni keluar dari kamar mandi hanya dengan berbelitkan handuk di badannya. Kalau kulihat sih handuknya terlalu kecil untuk melilit badannya yang super montok itu. Toketnya sampai naik ke atas sehingga membentuk belahan yang sangat menggoda. Bude Eni pun langsung menuju ke kamarnya dan menutup korden kamarnya. Pikiranku mulai kacau dan melihat itu aku jadi terangsang.
Aku lantas memberanikan diri untuk mengintip bude Eni dari balik korden. Wow…mataku melotot tak berkedip ketika melihat kemolekan tubuh bude Eni. Kulitnya putih juga. Aku lalu berjalan ke pintu depan dan dengan cepat aku mengunci pintu depan. Aku langsung kembali menuju ke kamar bude Eni.
“?Kamu mau ngapain Nang, masuk kamarku…” ucap bude Eni yang kaget melihat aku yang masuk ke kamarnya tanpa permisi dulu.
“Suuuutthhh…jangan berisik bude nanti kedengeran sama tetangga dan kemudian mereka datang kesini melihat kita dalam satu kamar nanti keluarga bude jadi malu semua…” kataku.
“Jangan kurang ajar kamu ya…keluar!!!” teriaknya.
Tanpa menjawab ucapan bude, akupun lantas melepas semua pakaian yang menempel pada tubuhku. Aku berdiri di depan bude Eni dalam keadaan telanjang.
“Silakan bude kalau mau teriak, biar semua tetangga datang kesini dan mengusir kita…” kataku tegas.
Nampaknya caraku berhasil dan bude Eni sudah tak berteriak lagi. Dia masih menutup badannya dengan handuk.
“Apa mau kamu?” tanyanya pelan.
“Begitu tadi aku melihat bude berlilitkan handuk dengan toket yang sedikit terlihat membuatku jadi bernafsu, ayo bude puaskan aku” ucapku.
“Tapi Nang, bagaimana nanti kalau tiba-tiba ada yang masuk, lagian sebentar lagi suami dan anak-anakku pasti pulang karena sudah sore” jawabnya.
Aku kemudian berjalan pelan mendekati bude Eni kudorong tubuhnya hingga bude Eni terduduk di pinggir kasur dan mengarahkan kontolku yang sudah menegang tapat di depan muka bude Eni. Kulihat mata bude Eni tak berkedip memandang kontolku yang ukurannya lumayan gede.
“Tenang bude, pintu depan sudah aku kunci kog, ayo bude tolong kocokin kontolku dong bude jangan cuma dilihatin aja…” kataku sambil mengelus-elus kontolku sendiri.
Dan dengan ragu-ragu akhirnya bude Eni memegang kontolku dan mulai mengocoknya.
“Oooohhh…aaahhh…jilat donk bude..aaahh..” desahku.
“Gak ahh, jijik…” jawabnya.
Kemudian kutarik lilitan handuk bude hingg akhirnya dia telanjang dihadapanku, tangan kanannya masih asyik mengocok kontolku sementara tangan kirinya berusaha menutupi toket montoknya.
“Ayo bude kita masukan sekarang aja, keburu suami dan anak-anak bude pulang” pintaku.
Kaki bude Eni kuangkat dan kubuka lebar-lebar. Betapa kagetnya aku begitu melihat jembut bude Eni yang tumbuh dengan lebatnya. Lubang memeknyapun sudah tarbuka lebar siap untuk dihujam dengan kontolku. Tapi bude Eni tak diam saja dia mencoba melawanku.
“Stop Nang, jangan dimasukan nanti apa kata tetangga bila melihat apa yang kita berbuat” rengeknya.
Akupun tak mempedulikannya dan dengan agak memaksa langsung saja kuarahkan kontolku ke lubang memek bude Eni.
“Sleeeep….” masuklah kontolku ke dalam memeknya.
“Arrgghhh..aaahhh….” desahnya, kini perlawanannya berubah menjadi desahan.
Kugenjotkan kontolku dengan penuh gairah.
“Memekmu enak sekali bude…aaahhh….” desahku mengimbangi desahan bude Eni.
Perlahan bude Eni mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangi permainanku, aku pun semakin liar menggenjot memek bude Eni.
“Ayo goyang terus budee…ooohhh…nikmat budee…” erangku.
“Kontolmu mantap sekali Nang..aahhh…” racau bude Eni.
Ternyata bude Eni kalau lagi ngentot suka mengeluarkan kata-kata kotor yang membuat semakin bergairah. Keringat kami mulai bercucuran, lalu bude Eni meminta ganti posisi.
“Nanang sayang kita ganti posisi yuk…” pintanya.
Bude Eni semakin agresif, memang wanita awalnya suka nolak duluan tapi kalau sudah merasakan genjotan dari kontol merekalah yang akan lebih agresif.
Kami kemudian langsung berguling tanpa mencabut dulu kontolku, kini posisi bude Eni berada diatasku. Bude Eni mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur. Goyangan bude Eni lama-lama semakin liar. Tak hanya gerakan maju mundur, dia juga memutar pantatnya, gerakan ini yang membuatku menjadi tak tahan. Akupun lalu bangkit ke posisi duduk dan memeluk bude Eni sambil lidahku memainkan putingnya.
“Aaaahh..sayang enak sekali jilatanmu…aku tak tahan lagi pingin keluar…ooohhh…” desahnya.
“Tahan sebentar bude…” balasku.
“Tapi aku sudah gak kuaaaattt…aaaahhhh….” teriaknya. Bude Eni akhirnya orgasme juga. Terasa sekali cairan hangat keluar dari dalam memeknya.
Bude Eni memelukku dengan eratnya. Sedangkan aku sendiri belum mau ejakulasi dulu karena ingin memberi bude Eni kesempatan menikmati orgasmenya.
“Enak banget kontolmu Nang…rasanya seperti mentok di dalam memekku” katanya puas.
“Emangnya kontol pakde Bowo (nama suami bude Eni) gak besar kayak punyaku ya bude?” tanyaku menggodanya.
“Boro-boro besar, baru main 5 menit saja tak goyang langsung crooott…” kata bude Eni dengan nada ketus.
Ternyata pakde Bowo selama ini tak bisa memuaskan bude Eni.
“Terus bude kalau belum puas gimana cara memuaskan diri sendiri?” tanyaku penasaran.
“Jangan panggil bude donk kalau lagi berdua kayak gini, panggil saja namaku” kata bude Eni.
“Siap, mulai sekarang kalau kita lagi berdua aku akan memanggilmu sayang aja, oya tapi pertanyaanku belum kamu jawab tadi” jawabku.
“Aku masturbasi sendiri pake tangan kalau dia udah tidur ngorok” jawabnya agak kesal.
“Tenang Eni sayang mulai sekarang kalau kamu kurang puas dengan suamimu kamu bisa langsung panggil aku yah” kataku menenangkan.
“Pasti donk Nanang sayang…oya kamu pejuhmu belum keluar kan…ayo kita selesaikan permainan kita karena acara arisan sebentar lagi dimulai dan pastinya suami dan anak-anakku juga sebentar lagi akan pulang” ajak bude Eni.
“Kita pake gaya doggy style yang sayang…” ajakku.
“Iya ayo…” jawabnya.
Lalu aku mencabut kontolku yang dari tadi masih menancap di dalam memek bude Eni. Dan bude Eni pun langsung pasang posisi nungging. “Bleeesss….” begitu lancarnya kontolku masuk ke dalam lubang memeknya dari belakang.
“Sssttthhh….aaahh…” desah kami berdua.
AKu mulai menyodok memeknya dengan tempo yang agak cepat sampai terdengar suaranya ” Plaaak…plaaakkk….plaaakkk…”
“Aduh sayang pelan-pelan donk…aaahhhh…” jerit bude Eni.
“Sudah diam sayang biar cepat keluar nanti keburu suami dan anak-anakmu pulang…tahan dikit yaaah…” kataku.
Tangan bude Eni menggenggam erat kain sprei dan bibirnya menggigit bantal untuk menahan rasa sakit bercampur nimat yang dia raskan sekarang. Hampir 10 menit aku menyodoknya, aku merasakan akan ada yang menyemprot dari dalam kontolku.
“Oooohhh sayang, aku mauk keluaaaarrr….aaaahhhh…keluarin di luar atau di dalam ini…” tanyaku bercampur desahan nikmat.
“Terserah kamu sajaaa…aaahhh…” jawabnya.
Dan akhirnya “Crooott…crooott…crooottt…” kontoku menyemprotkan pejuh yang banyak sekali di dalam lubang memeknya. Kutekan kuat-kuat kontolku ke dalam memeknya.
Setelah kurasa pejuhku tak lagi keluar, aku segera mencabut kontolku dari dalam lubang memeknya dan membersihkannya dengan kain sprei. Kemudian bude Eni langsung menarik sprei itu dan segera merendamnya agar tak terlihat oleh suaminya.
“Ayo sayang kita segera merapikan diri dan keluar dari rumah agar tetangga tidak curiga…” kata bude Eni sambil memakai baju serta celana untuk arisan di rumahku.
Dan saat kami berdua keluar rumah, terlihat Amir anak bude Eni yang sebaya denganku baru pulang dari futsal.
“Untung sudah selesai…” bisikku.
“Iya ayo cepat kita berangkat kayaknya arisan sudah hampir dimulai” jawab bude Eni.
Benar saja begitu kita berdua sampai ke rumahku arisan sudah dimulai.
“Maaf yang jeng, tadi ban motor Nanang bocor jadi kita ke bengkel dulu yang dekat dengan rumahku sekalian aku mandi dan ganti baju…oya ini gulanya jeng…” kata bude Eni berbohong pada mamaku.
“Gakpapa kog jeng…lagian acar baru aja dimulai…ya sudah silakan ngobrol-ngobrol dulu sama ibu-ibu yang lainnya, aku mau bikin teh dulu di dapur” jawab mamaku. Cerita dewasa sex online