situs bandarq

Seks Threesome Liar


Sebut saja namanya Nala Usianya sekitar
27 tahun dan Nadia 30 tahunan. Seperti yang sudah-sudah, aku mengenal sosok Nala
dari seringnya aku online sebagai chatter. Aku bisa menilai, Nala adalah sosok
yang hot dalam bercinta. Dengan ciri-ciri tinggi badanya sekitar  180cm dan berat sekitar 65kg, berdada sintal,
berpinggul sexy dan kelihatan sekali dia adalah seorang wanita yang suka sekali
senam sehingga badannya terasa padat berisi. Itu semua aku ketahui setelah dia
kirim aku foto dan aku tahu kalau dia penganut sex bebas juga dengan para
karyawan-karyawan yang ada di surabaya, itupun aku ketahui setelah Nala  banyak cerita tentang kehiduapn seksnya.

Singkat cerita, kita janjian untuk
ketemu, dengan catatan dia harus bawa teman karena menurut dia, tidak pernah
ada acara kopi darat sendirian. Dan gilanya lagi dia sudah booking hotel, saat
acara ketemuan nanti. Itu karena supaya dia tidak ketahuan suaminya, dia pilih
Hotel. Karena menurut Nala , Hotel adalah tempat yang paling aman. Sesuai
dengan hari yang sudah dibicarakan bersama, akhirnya aku bergegas meluncur
menuju hotel yang dia booking. Setelah di depan hotel, aku berusaha menelponnya
untuk menanyakan di kamar nomor berapa.
“ Hallo Frank, kamu ada dimana? tanya Nala.
“Aku sudah di depan lobby, Mbak Bel  di kamar no. Berapa? “aku berusaha
mencari tahu.
“Naik aja lift ke lantai Tiga, terus cari nomor 279,
” suara Nala terdengar  dengan
jelas.
“Ok Mbak, aku segera naik, ” jawabku.
“Ok aku tunggu, ” Jawab Nala dengan ceria. Setelah
aku tutup Celluler ku, bergegas aku menuju kamar yang disebut oleh Nala.
“Tok-tok-tok” aku mengetuk pintu yag betuliskan
nomor 279. Setelah pintu terbuka, aku sedikit terpana dengan tubuh Sindi yang
tinggi semampai.
” Franky ngapain bengong, masuk dong, ” sambil
menggapai lenganku. Sesampai di dalam kamar, ternyata benar Nala bersama dengan
temannya, sesuai dengan permintaan nya.
“Franky” aku ulurkan
tanganku.
“Franky , ini temenku Nadia”
Nala mengenalkan temannya dan sambari begitu, Nadia bangkit dari duduknya
langsung menyalami aku. Keadaan berikutnya memang sedikit kaku karena aku juga
kikuk, mengingat dalam kamar itu ada kami bertiga. Seandainya cuman berdua
dengan Nala mungkin  aku lebih berani.
“Frank, kamu nggak seperti di foto deh, sepertinya kamu
lebih berisi” Nala membuka omongannya.
“Jangan-jangan yang difoto bukan kamu” tuduh Nala.
“enggak kok Mbak, itu memang fotoku” aku coba membela
diri.
“Frank,,, kata Nala jago banget ya.. Ngesexnya? ” tanya
Nadia. Pertanyaan itu bagaikan menghantam dadaku. Deg! jantungku terasa
berhenti sekian detik.
“Mmm anu biasa kok Mbak, ” jawabku gugup.
“Nggak apa-apa kok Frank, santai aja Nadia sama kok
seperti Nala.” hibur Nadia. Pembicaraan semakin menjurus ke arah yang berbau
sex, kedua wanita sebaya ini aku tafsir merupakan wanita-wanita yang doyan
banget ngesex. Aku sempat memutar otak dengan keadaan ini dan bertanya dalam
hati, suami mereka itu gimana kok “menelantarkan” istri-istri sexy
begini. Apalagi Nadia, sepertinya membiarkan mataku melihat bongkahan paha
mulus di balik rok mininya. Sesekali dia merubah posisi duduknya tanpa harus
riskan dengan aku yang duduk di depannya. Disaat aku melamun tentang khayalan
aku,

 tiba-tiba Nadia sudah berada di pangkuanku, jantungku berdetak semakin kencang.
“Frank, buktikan omongan kamu di chatting selama ini,
” pinta Nala sambil menempelkan dadanya ke muka wajahku. Aroma parfumnya
yang begitu membangkitkan gairahku mengusik adik kecilku yang menghentak-hentak
dinding Celana Dalam-ku. “Mbak” belum sempat aku selesaikan jawaban
itu, bibir Nala yang tipis segera melumat bibirku. Aku sedikit gugup menerima
serangang yang mendadak ini. Tetapi aku berusaha mengontrol keadaan aku. Disaat
bibir Nala sedang asyik menikmati bbibirku, tanganku yang nakal mulai mengelus
punggung wanita paruh baya tersebut. Dengan kemahiran gigiku, aku melepas
kancing blus Nalahan rendah yang ada pada dada Nala. Sampai akhirnya 4 kancing
atas blus Nala terbuka, dan mulailah aku bisa mengusasi keadaan. Dengan Nalaian
yang halus dan penuh perasaan, jari-jemariku mulai membuka pengait kancing Bra Nala.
Dengan sedikit sentuhan, “tess” Bra  Nala  yang berwarna hitam terbuka. Dan muncullah Dua
bukit yang masih kencang didepan mukaku lengkap dengan sepasang puntingnya yang
memerah. Aku bisa membaca apa yang sedang terjadi pada diri Nala, dengan
jilatan maut lidahku membuatnya merintih,
“Ughh, geli sayang” Jilatan lidahku yang mendarat
di puting Sindi, membuat wanita itu menggeliat tidak beraturan. Karena Sindi
masih menggunakan baju kantor (baca: rok mini). Tanganku semakin berani untuk
mengelus pahanya yang putih mulus. Sesekali tubuhnya yang sintal bergoyang
dipangkuan aku dan sekitar 15 menit aku di posisi itu, semua inderaku bekerja
sesuai fungsi masing-masing. Disaat aku sedang melakukan foreplay,Nadia  masih duduk di tempatnya semula. Akan tetapi
sekarang kedua kakinya yang jenjang dibuka lebar sedangkan tangannya meremas
buah dadanya sendiri
“Mmmmm.. ” sesekali Nadia merintih, mendesah
melihat adegan Nala denganku.
Setelah kurang lebih 15 menit, aku mencoba menyandarkan
tubuh  Nala ke dinding kamar. Posisi ini
sangat menguntungkan aku untuk mulai menikmati setiap cm tubuh Nala. Aku lumat
bibir Nala, kemudian turun ke lehernya dan berlanjut ke buah dadanya yang
sintal. Aku menjongkokkan tubuhku untuk menjilati puser Nala.
“Akhh.. Frank, beri aku janjimu sayang.. Ughh, ”
lidahku mulai nakal menjelajahi perut Nala Sampai akhirnya aku mencium aroma
bunga di lubang surga Sindi. Tanpa melepas Celana Dalam yang dipakai, aku
segera memainkan lidahku diatas kemaluannya. Dan bersamaan dengan itu kepala Nala
menggeleng kekanan-kekiri, seperti iklan sampho clear yang lagi berketombe di
diskotik. Dengan sentuhan perlahan,

aku melepas celana dalam Nala,
karena posisinya berdiri sangat mudah sekali melepas Celana Dalam warna putih
berenda yang dikenakan. Tanganku berusaha membuka kedua kaki Sindi yang masih
menggunakan sepatu hak tingginya.

Sehingga memudahkan lidahku untuk mengocok lubang
kewanitaanya.
“Srupp.. Srupp, crek.. Crek” lidahku mulai
menghujam vagina Nala.
“Frank, kamu memang asyik.. Geli sekali.. Ooohh” Nala
merintih panjang saat lidahku mulai, mengulum, menjilat dan menghisap
clitorisnya yang sudah mulai membesar dan berwarna merah. Aku mulai merasakan
sesuatu akan meletup dalam diri Nala. Dengan segala pengetahuan aku dalam ilmu
bercinta, aku angkat satu kaki Nala  keatas pangkuan pundakku sehingga lidahku bisa
leluasa menikmati cairan yang mulai meleleh di lubang surgawinya. Dengan posisi
berdiri kaki satu, aku semakin mempercepat jilatan lidahku, sampai akhirnya Nala
tidak kuasa membendung orgasmenya.
“Frank, aku keluar.. Aakkhh” bersamaan dengan itu
pula cairan kental muncrat ke wajahku.
Dan diisaat aku masih bingung untuk membasuh wajahku
tiba-tiba dari Belakang Nadia mengangkatku sambil berkata
“Frank, sekarang giliranku”. Rupanya Nadia dari
awal sudah memainkan jarinya diatas klitorisnya sambil menonton adegan antara
aku dengan Nala. Terbukti Nadia  tidak
lagi menggunakan Celana Dalam yang tadi dikenakannya. Nadia membungkukkan
badannya ke bibir meja, sehingga Nalahan merah pada selangkangannya terlihat
jelas dari Belakang. Bagaikan segerombolan tawon yang melihat madu, lidahkan
langsung menari-nari di lubang kemaluan Nadia.
“Frank, enak.. Sekali sayang.. Akhh” Nadia
merintih. Dengan posisi aku duduk di lantai menghadap selangkangan Nadia, yang
membuka lebar pahanya. Memudahkan aku beroperasi secara maksimal untuk menekan
lidahku lebih dalam, sedangkan tanganku meremas pantat Nadia  yang sexy.
Disaat aku sedang asyik menikmati lubang vagina Nadia ,
tiba-tiba Nala sudah memereteli celanaku. Sehingga adikku yang berukuran 16 cm
kurang dikit dan mempunyai bentuk yang sedikit bengkok ke kiri, menyembul
keluar setelah sekian menit dipenjara oleh Celana Dalam ketatku merk
crocodille.
“Waow Franky, gila banget besar sekali sayang..
Mmm” selanjutnya tidak ada suara lagi karena penisku sudah dilahap oleh mulut
Nala yang rakus. Aku merasakan betapa pandainya lidah Nala menari di batang
kemaluanku. Sesekali aku melepas kulumanku di vagina Nadia, karena merasakan
kenikmatan permainan oral dari mulut Nala. Nadia sudah mulai bocor
pertahanannya dan berkata sambil mendesah,
” Franky.. Aku.. Aku.. Mau…. Aahh, ” tangan Nadia
 yang tadinya beroperasi dibuah dadanya
sekarang menekan kepalaku dalam-dalam pada selangkangannya, seolah memohon
jangan dilepas isapan fantastis itu.
Untuk yang kedua kalinya wajahku belepotan oleh cairan
wanita sebaya yang keluar dari lubang surgawi mereka. Disaat aku sedang
membasuh wajahku yang penuh cairan, tiba-tiba Nalai menarik lenganku, hingga
badanku berdiri.
“Frank,  aku
ingin style berdiri, ” ajak Nala sambil menarik tanganku untuk mengikuti
dia berdiri. Sambil bersandar di dinding, aku langsung mengarahkan adik kecilku
dari bawah. Sehingga posisi berdiri tersebut sempurna sekali, dan itupun
ditambah posisi Nala yang masih belum melepas sepatu hak tingginya.
Karena dengan demikian posisi Nala lebih tinggi dari posisi
aku berdiri. “Bleeess” suara adik kecilku menembus Nalahan kecil
diselangkangan Nala
“Frraannkk “erangan Nala. Gerakan maju mundurku
semakin mentok di pangkal vagina Nala, hal itu disebabkan karena pantatnya
ditahan oleh dinding.
“Crekk.. Crekk.. Sslleepp” suara penisku menghujam
keluar masuk dalam lubang vagina Nala. Buatku,Nala  termasuk orang yang bisa megimbangi permainan
sex. Buktinya dengan posisi sulit seperti itu, dia juga sedikit mendoyongkan
tubuhnya ke dinding sehingga batang penisku benar-benar masuk semua. Keadaan
ini berlangsung sampai akhirnya di menit ke 45, Nala berteriak
“Franky.. Ampun.. Aku.. Mau.. Kelu.. Ar lagi..
Gila” rintih Nala. Tubuh Nala mendekapku erat-erat seolah tidak mau lepas
dari batang penisku yang masih menancap lubang surgawinya. Dan sedetik kemudian
tubuh Nala merosot ke bawah dengan lunglai.
Aku berjalan menghampiri  Nadia  yang sedang menyandarkan tangannya untuk
melihat keluar jendela. Kesempatan itu tidak aku sia-siakan, sambil memeluk dia
dari Belakang, penisku yang masih kencang menerobos liang vagina Nadia sehingga
membuat dia terpekik.
“Aaowww.. Frank  kamu nakal deh, aku masih capek.. Uuughh”
aku tidak mempedulikan erangannya. Seraya meremas buah dadanya yang kencang
dari Belakang, pinggulku mulai bergerak maju mundur.
Posisi seperti ini benar-benar membuat aku melayang, lubang Nadia
yang sedikit sempit dan seret dibanding punya Nala. Dan hal itu membuat aku
lebih bernafsu untuk menyetubuhinya. Itu wajar karena Nadia  belum punya anak walaupun sudah menikah
beberapa tahun. Selang beberapa menit,
” Franky.. Aku nggak tahann.. Gila banget punya kamu
terasa masuk sampai ulu hatiku.. Aaugghh, ” rintih Nadia  panjang, sambil tetap menggoyang pinggulnya.
Dengan posisi setengah nungging dengan berdiri, memudahkan aku untuk memasukan
penisku secara maksimal.
“Ughh.. Mbak.. Asyik banget punya Mbak” desah
kenikmatanku untuk memuji kedua wanita itu sering keluar dalam mulutku.
“Frank.. Ampunn.. Aku.. Akkhh Nadia merintih panjang. Nadia
 merapatkan pahanya sehingga penisku
terasa tersedot ke dalam semua. Gila, terasa copot penisku dibuatnya.
Karena hebatnya permainan itu hingga tak terasa dinginnya AC
yang ada dalam kamar itu. Aku coba mengambil segelas air es di kulkas, sekedar
untuk melegakan kerongkonganku.