Perkenalkan namaku Utami aku anak terakhir dari 5 bersaudara. keluargaku terbilang miskin
ayahku hanya pegawai rendah di pemerintah kota Malang , kondisi rumahku sudah
tua tetapi letaknya di pinggir jalan.
Di rumah, aku tinggal bersama seorang kakak laki-laki, Ayah
dan Ibuku, sedang kakak perempuanku dan kakak laki2 yang lain sudah
berkeluarga. Masih ada lagi, mbak-mbak 2 orang yang membantu Ibuku, dan
kadang-kadang ada seorang tukang antar beras dari desa yang menginap di rumahku
kalau kemalaman.
Untuk menutupi biaya hidup keluarga, Ibuku terpaksa membuka
warung pecel di rumah, lumayan karena untuk keperluan sehari-hari keluarga
dapat ditolong dari warung ini. Biarpun baru kelas 3 SMP, tubuhku termasuk
bongsor, tinggiku sekitar 150 cm, beratku 38 kg, dan buah dadaku sudah mulai
besar, sebesar mangga yang sekilonya berisi dua, kulitku kuning langsat, bersih
dan wajahku terbilang cantik, badanku proporsional, kata teman-temanku.
Orang tuaku mendidik dengan ketat dalam budaya jawa dan
keagamaan yang taat, dan tabu akan hal-hal yang berbau erotis atau saru,
lebih-lebih sampai melakukan hal tak terpuji sebelum menikah. Terlebih lagi di
usiaku yang masih sangat muda, aku tidak pernah berani macam-macam dengan
laki-laki yang mencoba menaksirku. Selain itu, aku kasihan dengan orang tuaku,
apabila ada kejadian yang menyusahkan mereka berdua.
Kehidupanku berjalan biasa-biasa saja, sampai kejadian hitam
itu terjadi. Waktu itu, di tengah malam tiba-tiba aku terbangun dari tidur, aku
merasa nafasku sesak, dan mataku gelap, kaki dan tanganku sakit, serta perut
dan dadaku tertekan benda yang berat.
Aku menjadi panik dan mencoba bersuara tetapi tidak bisa,
rupanya mulutku tertutup oleh sesuatu benda, dan juga mataku, sedang benda yang
menindihku itu ternyata orang. Tangan dan kaki yang sakit ini, rupanya
disebabkan karena telah diikat dengan kuat, sehingga terasa sakit dan tidak
dapat bergerak. Setelah sadar betul dari tidurku ini, aku menyadari ada suatu
peristiwa yang menakutkan akan terjadi.
Tanganku diikat di sisi atas tempat tidur, sedangkan kakiku
diikat di sisi bawah sehingga kakiku menganga. Aku telentang di tempat tidur
dalam posisi seperti huruf “X”. Aku merasa bahwa sebagian pakaianku sudah tidak
melekat dengan benar di badanku, BH-ku tersingkap, dan celana dalamku rupanya
sudah tidak ada.
Ada tangan yang dengan kasar sedang meraba-raba kemaluan dan
buah dadaku, terutama pada kedua puting susuku yang terasa digigit-gigit,
ngilu-ngilu sakit.
Dan terdengar suara napas ngos-ngosan, sambil menggigit dan
menjilat-jilat sekujur badanku, buah dadaku, leherku, telingaku, dan terus
turun kebawah. Aku mulai menangis, karena merasa tidak berdaya, tapi tidak
bisa, berteriak pun tidak bisa, saking ngerinya, aku kemudian tidak sadarkan
diri.
Tidak berselang lama kemudian, aku tersadar kembali, aku
merasa posisi badanku belum berubah, masih saja telentang dengan kedua tangan
dan kaki terikat pada sudut-sudut tempat tidur. Hanya saja sekarang semua baju
yang melekat pada tubuhku telah terlepas, sehingga aku telentang dengan keadaan
telanjang bulat.
Aku sedih sekali, karena benar-benar tidak berdaya untuk
mempertahankan kehormatanku, sebentar lagi hidupku akan hancur, setelah
bajingan yang tidak kukenal dan tidak dapat kulihat itu selesai memerkosaku.
Aku benar-benar sedih menyadari bahwa bagian terpenting dari hidupku sebentar
lagi akan direnggut paksa oleh orang yang tak kukenal.
Rupanya, pada saat semua keluargaku sudah tertidur, ada
orang yang masuk ke dalam rumah dan kemudian masuk ke kamarku yang kebetulan
kuncinya hanya dari slot kayu yang dipakukan ke kusen pintu, sehingga cukup
disentak sekali saja bisa lepas.
Rupanya orang tersebut sudah cukup mengetahui situasi
rumahku. Tangan dan kakiku masih terikat, dan mulut serta mataku pun masih
tertutup, menurut perkiraanku pada saat itu kira-kira pukul 12-1 malam, aku
ketahui dari bunyi jangkrik yang sayup-sayup kedengaran.
Tiba-tiba aku merasa, badanku ada yang mengelus-elus dan
menggerayangi, kedua buah dadaku terasa diremas-remas dan pada bagian putingku
dipelintir-pelintir. Bagian perutku terasa dicium dan dijilat-jilat, terus
menurun kebawah dan kemudian giliran kedua paha yang kemudian dicium-cium dan
dijilat-jilat, terus kepangkal pahaku, akhirnya kemaluanku yang menjadi sasaran
permainan mulut dan lidah orang tersebut.
Terasa lidahnya menyapu kedua bibir kemaluanku dan
sekali-sekali terasa lidahnya mencoba membelah bibir kemaluanku untuk menerobos
kedalam lubang vaginaku. Pada saat berikutnya terasa klitorisku menjadi sasaran
lidahnya. Aku tidak dapat berkutik, ingin kututup pahaku, tetapi kedua kakiku
dipegangi dan diikat dengan kuat.
Mula-mula terasa pedih, linu dan nyeri luar biasa. Lidah
orang itu, menyapu bibir kemaluanku dan mencoba menerobos ke dalam liang
vaginaku, sambil menggigit dan menjilati clitorisku, dan kadang-kadang lidahnya
terjulur ke dalam liang vaginaku.
Gigitan-gigitan kecilnya mula-mula membuatku merasa sakit,
tapi lama-kelamaan muncul rasa lain yang belum pernah kurasakan seumur hidupku,
geli, linu, sedikit perih tapi nikmat sehingga membuat seluruh badanku terasa
panas dingin.
Lama-kelamaan tanpa terasa aku menggoyang-goyangkan pantatku
karena menahan rasa geli luar biasa yang ditimbulkan dari permainan mulut dan
lidahnya pada bagian-bagian sensitifku itu. Dan dihisap-hisapnya pula, sehingga
aku semakin bertambah tak dapat menahan rasa gelinya, dan tangan orang itu pun
tidak tinggal diam, dipuntir-puntirnya puting buah dadaku, serta
diremas-remasnya, sehingga menambah rasa geli sekaligus nikmat.
Aku sudah melupakan rasa takut dan sedih, berganti dengan rasa
sangat nikmat, nikmat sekali, sulit ku utarakan rasa nikmatnya. Rupanya inilah,
yang disebut dengan surga dunia.
Saking tidak tahannya, aku ingin menjerit tapi tidak dapat
mengeluarkan suara, hanya desahan dari hidungku, tiba-tiba aku merasakan suatu
kenikmatan luar biasa yang tidak dapat kulukiskan dan aku tiba-tiba merasa
hendak pipis,
“..crut.., crut.., crut.., nyut.., nyut.., nyut..”, dan
bagian dalam kemaluanku terasa berdenyut-denyut. Badanku menjadi kejang dan
bergetar dengan hebat sampai tak terasa badanku tersentak-sentak dan
terangkat-angkat di atas tempat tidur.
Rupanya aku telah mencapai yang disebut orgasme. Dan pipisku
itu rupanya cairan yang menyemprot dari dalam vaginaku saat orgasme. Setelah
saat kenikmatan yang melandaku usai, seluruh badanku terasa lemas tak
bertenaga.
Kemudian terasa orang itu mulai menindihku, mulutnya terasa
menghisap-hisap leherku, mulutnya berbau aneh, rupanya itu adalah bau cairan
yang keluar dari milikku.
Tangannya meraba-raba dan meremas-remas seluruh tubuhku,
terutama pada kedua bongkahan pantatku, kadang dengan halus tapi seringkali
kasar, dan tiba-tiba pada pangkal pahaku, tempat dimana tadi dijilat-jilat dan
di sedot-sedotnya, terasa ada benda tumpul, keras lagi besar menggesek-gesek di
antara kedua pahaku yang sudah terkangkang itu.
Secara otomatis aku mencoba merapatkan kedua kakiku, akan
tetapi tidak bisa karena tertahan oleh ikatan pada sudut-sudut tempat tidur.
Benda tumpul itu terasa menyentuh bibir kemaluanku dan sesekali
ditekankan pada klitorisku. Terasa sangat geli namun di satu sisi ada perasaan
nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhku. Tak terasa kemaluanku menjadi sangat
basah dan ini rupanya disadari juga oleh orang tersebut, bahwa aku sudah sangat
siap untuk permainan selanjutnya.
Secara perlahan-lahan terasa benda tersebut menguak kedua
bibir kemaluanku yang masih sangat rapat dan terasa benda tersebut memaksa
masuk kedalam lubang vaginaku. Rupanya itu adalah penis orang itu, perasaan
sakit pada kemaluanku mulai terasa, pedih, terasa penis orang tersebut yang
rupanya sangat besar sulit menembus kemaluanku yang masih perawan, aku mencoba
menjerit, tapi hanya terdengar lenguhan dan dengusan dari hidungku saja, karena
mulutku dibekap.
Aku mencoba berontak, tapi tidak bisa, karena kedua tangan
dan kakiku terikat, benar-benar aku merasa tidak berdaya. Dan akhirnya, aku
merasa kemaluanku seakan-akan terbelah dan ulu hatiku seakan-akan disodok oleh
benda tumpul, ketika orang tersebut dengan ganas dan kasar secara brutal
menekan masuk dengan paksa seluruh penisnya kedalam lubang kemaluanku.
Terasa besar dan panjang, memadati serta mengisi setiap
sudut ruang kemaluanku, sakit dan ingin pingsan rasanya bercampur aduk dalam
diriku. Penis yang besar itu terasa memadati dan terbenam, diam sejenak dalam
kemaluanku.
Tidak lama kemudian terasa orang itu mulai menggoyangkan
pantatnya, sehingga penisnya naik turun, masuk keluar, pada kemaluanku.
Mula-mula setiap penisnya bergerak masuk atau keluar dari kemaluanku, terasa
sakit dan nyeri, akan tetapi lama kelamaan, rasa perih hilang dan berganti
dengan rasa nikmat, perasaan nikmat yang sukar kulukiskan, semakin lama
perasaan nikmat itu mulai menjalar ke seluruh tubuhku, sehingga aku merasa
seakan melayang-layang.
Badanku dengan tidak sadar mulai meresponsnya dengan ikut
bergoyang-goyang, dan tiba-tiba badanku bergetar lagi dengan hebat dan bagian
dalam kemaluanku kembali berdenyut-denyut dengan hebat, aku mengalami orgasme
lagi dan bahkan lebih hebat daripada sebelumnya.
Dan rupanya, orang itu masih tetap kuat dan naik turun,
terus-menerus, beberapa saat kemudian, aku mengalami orgasme lagi, lagi dan
lagi, dan dia masih naik turun terus dengan stabil tanpa ada tanda-tanda akan
berhenti, aku keluar terus menerus lagi dan lagi. Sampai seluruh badanku terasa
lemas tidak bertenaga.
Aku sekarang benar-benar terkapar tidak berdaya, dengan
kedua kaki yang terlentang diperkosa oleh orang tersebut sesuka hatinya. Dan
orang itu, suatu saat mempercepat gerakannya, dan tiba-tiba dia merangkulku
kuat-kuat, serta menciumi serta menghisap leherku kuat-kuat, dan terasa
penisnya berdenyut-denyut, kemudian terasa cairan hangat kental menyembur
dengan derasnya membasahi rongga-rongga lubang kewanitaanku.
Dan karena tekanan badannya yang kuat serta
denyutan-denyutan yang kurasakan dari penisnya, sehingga membuatku kembali
mengalami orgasme yang kesekian kalinya secara bersamaan dengan orang tersebut.
Badanku bergetar dan akupun merasakan denyutan-denyutan
juga, nikmat sekali. Badan orang tersebut terkulai menelungkup di atas badan
saya dengan penisnya yang masih terbenam di dalam liang kewanitaanku.
Setelah beristirahat sebentar terasa penis orang tersebut
yang masih terbenam dalam kemaluanku mengeras kembali. Dan malam itu rupanya
permainan belum usai, dengan semangat menggebu-gebu orang itu mengulangi lagi
permainannya, demikian diulanginya sampai tiga kali lagi pada malam itu.
Aku sungguh merasa lelah dan lemas sekali, seluruh
tulang-tulangku seakan-akan serasa dilolosi, tapi di sisi lain aku merasakan
kenikmatan yang teramat sangat luar biasa.
Sungguh ini suatu pengalaman pertama yang sulit kulupakan
dan bahkan sampai kini pun aku tidak tahu, siapa pelaku sebenarnya.
Barang-barang di rumahku tidak ada yang hilang satupun, jadi tentu saja dia
bukan pencuri. Baru pada saat menjelang pagi, orang itu keluar dari kamar,
dimana sebelumnya satu tali di tanganku dilepaskan simpulnya.
Dan setelah orang itu pergi, aku buka talinya, tangan
satunya aku lepaskan, rupanya mata dan mulutku diplester, pakai plester putih.
Dan kakiku pun sudah kulepaskan. Kulihat, ada bekas-bekas warna merah di
sepreiku yang putih warnanya dan badanku pun juga terlihat merah-merah, bekas
gigitan dan sedotannya. Celana dalamku, teronggok sobek di lantai, demikian
juga baju dan BH-ku.
Aku merasa sedih sekali mengingat aku telah kehilangan
milikku yang paling berharga, tapi di lain pihak ada perasaan puas yang melanda
diriku dikarenakan perasaan nikmat yang baru saja kuperoleh. Aku tidak berani
menceritakan hal itu ke orang tuaku ataupun kepada saudaraku karena malu dan
takut. Aku hanya memendam kejadian ini seorang diri saja.
Kejadian ini, masih terulang lagi berkali-kali, sampai aku
tamat dari SMA dan herannya aku tidak hamil, entah diapakan oleh orang ini. Aku
sudah tidak lagi merasa takut apabila kamarku dimasuki kembali oleh orang
tersebut, bahkan aku ada semacam perasaan rindu dan kehilangan jika orang
tersebut baru datang agak lama.
Aku hanya dapat menduga bahwa perbuatan tersebut dilakukan
oleh tukang antar beras dari desa yang memang sering bermalam di rumahku, tapi
setiap aku bertemu dengannya, dia bersikap biasa saja, seolah tidak ada pernah
ada kejadian apapun. Aku sebenarnya ingin meminta pertanggung jawabannya,
tetapi malu, jangan-jangan bukan dia, karena sebenarnya aku tidak memiliki
bukti apapun.
Setelah tamat SMA, aku dilamar oleh seorang pemuda, dia
bersedia menikahiku karena menurutnya dia sangat mencintaiku dan di matanya,
aku adalah anak gadis yang lugu, sopan, alim dan tidak pernah macam-macam.
Namun apa yang sebenarnya telah terjadi, sungguh membuatku
sedih. Pemuda ini, pada malam pertama kami, mendapatiku sudah tidak perawan
lagi, dan dia menuduhku sudah berpengalaman. Aku menyadari tuduhannya betul,
jadi aku diam saja dan tidak menjawab. Dia bertambah marah, sehingga sering dia
pulang larut malam dalam keadaan mabuk. Dalam keadaan setengah sadar itu, dia
bahkan sudah mulai berani memukulku.
Aku sadar, memang pada awalnya akulah yang bersalah, mengapa
dulu aku tidak berterus terang saja pada pemuda yang sekarang telah menjadi
suamiku ini. Lama-kelamaan aku tidak tahan lagi karena aku sering disakitinya,
sehingga aku pulang ke orangtuaku dan menceritakan tentang tabiat suamiku ini
serta latar belakang perlakuannya padaku.
Ibuku menyesali nasibku yang jelek, dan menyarankan untuk
mencari jalan tengah yang terbaik. Tapi aku sudah telanjur takut terhadap
suamiku karena dia sudah sangat sering menyakitiku. Dan akhirnya dengan
terpaksa aku menggugatnya cerai.