Daun Setengah Muda
Cerita Dewasa - Indun baru berusia 29 tahun, tapi sudah menjanda. Suaminya meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan bus, meninggalkannya sendirian dengan tiga orang anak yang masih kecil-kecil. Hidupnya jadi susah, karena itulah ia pulang ke desa untuk hidup bersama kedua orang tuanya.
Menjadi seorang janda bukan berarti sudah tidak menginginkan sex lagi. Itu salah. Buktinya, Indun masih saja menginginkannya, apalagi sudah lama ia tidak mendapatkannya. Memeknya jadi gatal, tapi ia harus sekuat tenaga menahannya. Sebagai seorang wanita yang baik, ia tidak boleh terlalu vulgar mengumbar nafsu birahinya.
Di desa, Indun memelihara ayam. Dia juga mempunyai sebuah kolam ikan peninggalan almarhum suaminya serta beberepa petak sawah dan sedikit ladang kering. Sehari-hari ia sibuk mengurusnya, lumayan untuk sedikit mengalihkan perhatiannya.
Sehari-hari, ia akrab dengan seorang anak pengangon kambing yang sesekali suka mengusilinya. Namanya Adri, usianya baru 15 tahun. Selain usil, Adri juga suka bicara seenaknya. Mulanya Indun risih juga mendengar perkataannya yang tak senonoh itu. Tapi setelah memperhatikan, ternyata anak itu hanya berkata jorok bila mereka berdua saja, dan semua kata-katanya tidak sampai terdengar keluar. Hanya mereka berdua yang tahu. Itu membuat Indun yakin kalau Adri adalah anak yang pintar menjaga rahasia.
Sampai akhirnya, terjadi lah peristiwa itu…
Hari sudah beranjak sore ketika Indun berniat untuk mandi. Itu adalah rutinitasnya seperti biasa, tapi entah mengapa, sore itu ia merasa tidak enak hati, seperti ada yang membuatnya deg-degan. Perasaannya jadi tidak menentu, naluri kewanitaannya mengatakan bakal ada sesuatu yang terjadi . Entah itu baik ataupun buruk.
Dan benar saja, saat mau menyirami tubuh telanjangnya yang sudah disabuni, tiba-tiba ia dikejutkan oleh sepasang mata yang mengintip penasaran dari balik dinding gedek. Seperti umumnya kamar mandi di desa, kamar mandi Indun juga cuma ditutup gedeg atau anyaman bambu sebagai sekatnya. Siapapun yang berniat mengintip akan dengan mudah melihat dari celah dinding bambu. Dan sore ini, Adri melakukannya. Ya, Indun sangat hafal sekali, itu adalah sepasang mata milik si bocah.
”Adri, ngapain kamu?!” tanya Indun dari dalam.
“Ya, ini aku, Tante…” jawab Adri enteng tanpa merasa bersalah sedikitpun. Ia malah tersenyum lebar karena sudah berhasil mengintip tubuh montok Indun yang sehari-hari tertutup jubah panjang dan jilbab lebar. Memang, tidak semua orang bisa seberuntung dirinya saat ini.
Dalam hati, Indun membatin, ”Nakal sekali anak ini, harus aku kasih pelajaran!” Dan pelajaran yang cocok untuk anak semacam Adri adalah… Indun akan membiarkan bocah kecil itu terus mengintip tubuhnya! Rasain, biar saja dia jadi puyeng karena melihat seluruh tubuhnya. Indun tidak peduli. Salah sendiri jadi anak kok nakal banget.

Pura-pura tidak terjadi apa-apa, Indun meneruskan acara mandinya. Sambil mengguyur tubuh montoknya yang masih penuh busa sabun, ia sedikit meliuk-liukkan tubuhnya, memamerkan bokong dan payudaranya yang bulat montok pada Adri. Tersenyum dalam hati, Indun memperhatikan betapa Adri terdiam dan terkagum-kagum memandanginya. Bocah itu melotot dengan air liur hampir menetes keluar.
Jangankan Adri yang baru beranjak gede, orang-orang di pasar saja suka usil bila melihat Indun . Mereka suka mencolek dan menggodanya kala Indun menjual telur bebek ke salah satu kios langganannya. Dengan kemolekan tubuhnya, Indun dengan cepat menjadi idola para pedagang telur di pasar inpres. Tapi untunglah, dengan dandanannya yang alim dan sopan, sampai saat ini belum ada yang berani berbuat macam-macam kepada dirinya. Dan Indun berharap, semoga selamanya juga tidak ada. Dia ingin menjalani hidupnya di desa ini dengan tenang. Indun tidak ingin mencari masalah.

Setelah tubuhnya bersih, Indun mengambil handuk yang ada di cantolan baju. Pelan dia mengusap sisa-sisa air yang masih menempel di tubuh montoknya. Diperhatikannya Adri yang masih tetap setia mengintip dari celah dinding. Indun tersenyum, ia berniat untuk unjuk diri sekali lagi. Entah kenapa, menghadapi Adri yang usil, sisi liar Indun jadi bergejolak seperti ini. Padahal biasanya ia cukup teliti menjaga aurat, buktinya ia selalu mengenakan baju panjang dan jilbab kalau keluar rumah. Indun tidak ingin ada yang menikmati lekuk tubuh montoknya secara gratis.
Menghadap persis ke arah Adri, Indun mulai beraksi. Sedikit membusungkan dada, ia mulai meremas-remas kedua bukit kembarnya berulang kali, membuat benda yang masih kelihatan padat meski sudah digunakan menyusui 3 orang bayi itu semakin terlihat indah. Indun juga memilin-milin putingnya yang mungil kecoklatan, yang kelihatan sangat kontras dengan kulit tubuhnya yang putih mulus. Tak berhenti sampai di situ, tangan Indun turun ke bawah dan mulai mengusap-usap bibir vaginanya. Dia mencolokkan dua jarinya ke dalam dan mulai mengocoknya dengan begitu lembut. Di luar, Adri menegang dan terpana saat melihat Indun yang mulai bermasturbasi di depan matanya.

Adegan itu terus berlangsung selama beberapa menit sampai akhirnya Indun menjerit keenakan tak lama kemudian. Dari memeknya memancar air bening yang amat deras. Adri tak berkedip memandanginya, bahkan ia terlihat semakin menempelkan matanya di dinding kamar mandi agar bisa melihat lebih jelas lagi.
Terengah-engah penuh kepuasan, Indun mengguyur tubuhnya. Ia mandi sekali lagi. Dilihatnya Adri masih setia mengintip apapun yang ia lakukan. Indun segera menegurnya. ”Sudah, Di. Sudah tidak ada yang bisa dilihat.” katanya begitu acara mandi sore itu selesai.
Tidak mendengar jawaban, Indun menebak kalau Adri sudah pergi. Hari sudah mulai gelap hingga ia tidak bisa melihat ke antara celah dinding kamar mandi. Indun segera mengenakan baju panjangnya kembali dan berjalan keluar menuju rumah.kisah dewasa
***
Hari masih pagi ketika Indun pergi ke sawah untuk melihat bebek-bebeknya. Saat itu dia membawa beberapa buah singkong goreng sebagai bekal. Setelah memastikan bebeknya tidak ada yang hilang dan selesai memberi makan mereka, Indun pergi ke gubuk di tengah sawah untuk beristirahat. Saat sedang asyik memakan bekalnya, dilihatnya Adri datang mendekat. ”Hmm, mau apa bocah nakal itu sekarang?” batin Indun dalam hati. Dilihat dari cengirannya yang usil, sepertinya Adri tidak merasa bersalah dengan peristiwa kemarin.
”Pagi, Tante… habis ngasih makan bebek ya?” tanyanya.
”Iya,” Indun mengangguk. ”Mana kambingmu?” ia bertanya. Tidak biasanya Adri pergi sendirian ke sawah tanpa dibuntuti kambing-kambingnya.
”Sudah dibawa bapak ke bukit sana,” Adri menunjuk bukit kecil yang ada di sebelah kiri mereka.
”Kemarin kamu mengintip Tante, kenapa?” tanya Indun saat Adri sudah duduk di sebelahnya.
”Adri suka nglihat tetek Tante yang gede,” jawab Adri enteng.
Indun memperhatikan payudaranya. Memang benar, meski tertutup baju panjang dan jilbab lebar, benda itu terlihat sangat bulat dan menggiurkan. Anak sekecil Adri aja tahu kalau tetek Indun begitu montok dan besar. Bocah itu tidak salah. ”Selain tetek Tante, kamu mau lihat apa lagi?” pancing Indun , entah kenapa dia jadi bertanya seperti ini.
“Ya… apalagi kalau bukan tempeknya Tante,” kata Adri seenaknya. Yang dimaksud dengan tempek adalah kemaluan wanita, alias vagina.cerita bokep
“Kamu masih kecil, tapi sudah gatal,” Indun nyeletuk. Meski tahu kalau Adri sedikit nakal, dia tetap sayang kepada bocah itu karena Adri suka membantunya kalau Indun lagi sibuk di sawah sendirian. Semua penduduk desa tahu kalau mereka sangat dekat dan akrab. Tapi tak seorang yang tahu kalau Adri suka ngomong jorok dan seenaknya.
”Tempek Tante kemarin gatal ya, kok sampe digaruk segala?” tanya Adri mengenai masturbasi Indun .
Indun tersenyum lebar, ”Bukan gatal, Tante cuma pengen kencing aja.” dia mengarang alasan.
”Perasaan, kalau ibuku kencing nggak sampai seperti itu deh,” sahut Adri.
”Kamu pernah melihat ibumu kencing?” tanya Indun tak percaya, benar-benar sudah kelewatan bocah satu ini.
”Nggak ngeliat langsung, cuman nggak sengaja saat ibu jongkok di kebun belakang.” jelas Adri.
”Dasar kamu ya,” Indun mengacak-acak rambut bocah itu. ”Eh, kalau ngintip ibumu mandi mandi, pernah nggak?” tanya Indun , tiba-tiba saja terlintas pikiran itu di otaknya yang tertutup jilbab.
Adri mengangguk. ”Iya, pernah.”
“Gimana tetek ibumu, gede kan?” tanya Indun penasaran. Dia memang pernah sekali melihat ibu Adri sedang mandi di sungai, dan menurutnya tubuh perempuan itu cukup menarik juga meski wajahnya tidak cantik-cantik amat.
Adri terdiam membayangkan, ”Lumayan sih, tapi tetep lebih gede punya Tante,” jawabnya sesaat kemudian.
Indun tertawa mendengarnya. ”Itu karena usia ibumu sudah tua, jadi teteknya kendor. Coba kalau seusia Tante, pasti ukurannya bakal sama.”
Adri menggeleng, ”Nggak, masih lebih bagus punya Tante.”
Indun tertawa lagi. “Trus, emang kenapa kalau lebih bagus punya Tante? Kamu mau ngapain?” tantangnya.
Adri tersipu malu, ”Ya nggak apa-apa sih. Adri cuma pingin pegang, pingin hisap, pingin remas-remas!” kata bocah itu sekenanya.cerita ngentot
“Ah, kamu ini… dasar anak kecil!” Indun kembali mengacak-acak rambut gondrong Adri.
“Kecil apanya? Nih Tante lihat!” tanpa disangka oleh Indun , Adri tiba-tiba berdiri dan memelorotkan celananya.
”Adri!” pekik Indun saat melihat kontol Adri yang sudah ngaceng keras. Walau bulunya masih sangat sedikit, tapi benda itu tampak begitu mempesona. Bagi seorang wanita yang haus akan sentuhan seperti Indun , melihat kontol tepat di depan matanya seperti sekarang, tak urung dengan cepat membuat darahnya berdesir. ”Gila. Anak umur limabelas tahun, tapi kontolnya sudah mirip orang dewasa,” batin Indun dalam hati.
“Gimana, besar kan, Tante?” tanya Adri bangga sambil semakin memamerkan penisnya.
“Ya, lumayan juga.” Indun tak sanggup memalingkan mukanya dari benda coklat panjang itu.
”Kok cuma lumayan, ini kan sudah gede banget.” protes Adri tidak terima.
”Memang gede sih, tapi kan belum pernah dipakai. Mana bisa tahu kuat apa nggak?” pancing Indun lebih nakal lagi.
“Dipakai buat ngentot ya, Tante?” tanya Adri polos.
Indun mengangguk mengiyakan. ”Iya, kamu sudah pernah ngentot belum? Aku yakin belum!” yakin Indun .
Adri tersipu malu, “Aku kepingin ngentot, Tante, tapi bagaimana?” tanyanya bingung.
”Bukan bagaimana, tapi sama siapa! Kalau soal cara ngentot sih, Tante bisa ngajarin.” tawar Indun .
Adri langsung menyeringai lebar mendengarnya, ”Ya betul! Kenapa nggak sama Tante aja?” kata Adri ceplas-ceplos.
“Gila kamu! Ngajarin kan bisa lewat tulisan atau cerita, nggak perlu harus ngentot langsung.” kilah Indun .
“Ayolah, Tante. Masak cuma lewat tulisan, nggak seru dong!” kata Adri.
Indun diam tidak menjawab. Dia tampak berpikir keras. Sebagai seorang wanita berjilbab, ia tidak boleh melakukannya. Tapi di sisi lain, hati kecilnya tidak bisa dibohongi. Pembicaraan ini telah memancing gairahnya. Ditambah dengan kontol Adri yang besar, yang terus tersaji indah di depannya, membuat Indun jadi sangat kesulitan untuk menentukan sikap.
Bebek-bebek terus bersuara di sekitar mereka, terkadang berenang kian kemari di air sawah yang baru saja dipanen. Binatang berkaki selaput itu berebutan memakan biji pAdri yang masih banyak berserakan disana. Sisanya yang tidak kebagian mencocorkan paruhnya ke pematang sawah, berharap mendapat cacing atau siput yang sedang sial.
“Boleh ya, Tante?” Adri mendesak semakin berani.
Indun menghela nafas. Ia memandangi bocah kecil itu dan tersenyum, “Benar kamu mau tahu?” tanyanya penasaran dengan kemampuan Adri.
“Iya, Tante. Aku pengen sekali ngentot. Apalagi dengan orang secantik Tante, aku pingin sekali!!” seru Adri penuh semangat.
“Tapi kamu tidak boleh bercerita kepada siapapun juga. Sumpah?” kata Indun serius.
“Sumpah, Tante. Aku nggak bakal cerita sama siapapun.” Adri menganggukkan kepalanya.
Indun tersenyum dan kembali mengacak-acak rambut gondrong Adri. ”Sebentar ya,” dia melihat sekeliling, memastikan kalau mereka aman. Gubuk itu berbentuk terbuka, dengan anyaman bambu yang menutupi hingga sebatas pundak. Kalau mereka duduk, dari kejauhan, hanya kepala mereka yang terlihat. Indun menyadari hal ini dan tersenyum. Mereka bisa melakukannya!
Situasi juga sangat memungkinkan. Hari yang masih pagi membuat para petani sibuk di sawah masing-masing. Tidak akan ada yang melihat ke arah gubuk, atau bahkan mendatangi tempat dimana Adri dan Indun sedang berada sekarang. Ditambah suara ratusan bebek yang berkuek-kuek nyaring, itu bisa menyamarkan dengan baik suara desahan mereka saat ngentot nanti. ”Sempurna!” Indun membatin dalam hati. Dia kemudian berpaling kembali pada Adri.
“Kamu telentang di sini dan tetap pakai bajumu. Kalau ada orang lewat, kamu cepat menaikkan kembali celanamu!” kata Indun memberi instruksi.
Adri segera mengikuti apa yang dianjurkan oleh perempuan cantik itu. Dia tidur telentang dan celana melorot hingga sebatas paha, memperlihatkan burung besarnya yang mendongak gagah mencari mangsa. Indun mengelus-elus burung Adri sebentar sampai benda itu menjadi benar-benar keras. Gila, ternyata kontol itu bisa membengkak sampai dua kali lipat, ukurannya juga menjadi sedikit lebih panjang. Indun sampai geleng-geleng kepala dibuatnya.
”Baru umur segini sudah begini gede, gimana kalau sudah besar nanti?” Indun membatin dalam hati, menyadari potensi pada diri Adri sebagai pria perkasa.
Tak tahan, Indun segera mengangkat baju panjangnya ke atas, ia menyingkapnya hingga ke pinggang. Dibiarkannya Adri mengelus-elus kulit pahanya yang putih mulus sebentar. ”Kamu suka, Di?” tanyanya sambil melepaskan celana dalam. Dengan nakal dipamerkannya lubang memeknya yang sempit pada bocah kecil itu.
”S-suka… suka banget, Tante!” sahut Adri dengan mata nanar menatap gundukan memek Indun yang tersaji indah di depan hidungnya. Dengan tangan gemetar ia mulai mengusap-usap dan memijitinya.
”Isap, Di,” kata Indun sambil menggeser sedikit tubuhnya, ia menaruh belahan memeknya tepat di depan mulut si bocah kecil.
Adri dengan penasaran segera menjulurkan lidahnya. Rasa memek Indun yang segar dan harum membuatnya suka, iapun menjilat dan menghisap benda itu dengan begitu rakus. Adri bahkan sampai membenamkan muka ke dalam lubangnya. Ia bernafas disana. Indun yang menerimanya jadi kelojotan tak karuan. Sudah lama ia tidak merasakan yang seperti ini, dan begitu mendapatkannya, ternyata Adri begitu pintar. Gerakan lidahnya bagai orang yang sudah berpengalaman bertahun-tahun, padahal Indun tahu, ini juga saat pertama Adri.
”Ahh.. Terus, Di. Yah, disitu… isep yang mungil itu. Itu namanya itil, Di. Enak banget kalau diisep! Oughhh!” Indun merintih tak karuan. Tangannya menggapai-gapai untuk mencari pegangan agar tidak sampai ambruk karena saking nikmatnya. Tapi yang ia temukan malah kontol besar Adri. Tak apalah, daripada tidak ada sama sekali. Indun segera memeganginya dan mulai mengocoknya pelan.
Adri yang mendapat suntikan rangsangan dari Indun , melenguh pelan dan mulai menjilat semakin keras. sekarang bukan lidahnya saja yang bekerja, tapi juga tangannya. Adri menyusupkan tangannya ke balik baju terusan Indun dan menyelipkannya di balik BH perempuan cantik itu. gairahsex.com Diremas-remas tetek Indun yang menggantung indah, yang selama ini selalu menjadi obsesinya dengan penuh nafsu. Ugh, benda itu terasa begitu empuk dan kenyal. Ukurannya yang sangat besar membuat tangan mungil Adri tidak bisa mencakup semuanya. Dengan dua jari, Adri menjepit dan memilin-milin putingnya yang terasa mengganjal. Sebentar saja, benda itu sudah menjadi begitu kaku dan keras, sama dengan kontolnya yang kini mulai dijilat dan diciumi oleh Indun .
Saling mengulum kemaluan, mereka kini berposisi 69. Indun di atas dan Adri di bawah. Melihat kontol Adri yang menjadi kian keras dan panjang membuat Indun jadi tak tahan. Maka sambil menyodorkan memeknya ke mulut mungil si bocah, ia pun mulai menunduk untuk mengulum dan menjilati batang penis Adri.
Adri yang mendapat tambahan rangsangan dari Indun , memekik gembira. Dengan penuh nafsu ia menjilat dan menghisap memek sempit si ibu muda, sementara kedua tangannya terus bergerilya meremas-remas gundukan payudara Indun yang sekarang menggantung indah di balik bajunya dan sudah tidak tertutup BH.
Cukup lama mereka berada dalam posisi seperti itu sebelum akhirnya Indun bangkit dan mulai mengangkangi tubuh Adri. Menghadap lurus ke arah si bocah, Indun menaruh kedua lututnya di atas balai-balai gubuk yang terbuat dari bambu. Ditangkapnya burung Adri yang sudah menyundul-nyundul tak sabar di depan pintu gerbang surganya, lalu dituntunnya benda itu agar segera memasukinya secara perlahan.gairahsex.com Memek Indun terasa sangat lengket dan basah, campuran antara cairan kewanitaannya yang merembes keluar dan air liur Adri. Indun terus menekan tubuhnya ke bawah saat batang penis Adri sudah menyelinap masuk.
”Oughhh…” Adri merintih begitu merasakan kehangatan lubang memek Indun yang menyelimuti batang penisnya. Lorongnya terasa begitu lembut dan hangat, juga sangat menggigit sekali hingga membuat Adri yang doyan onani jadi merem melek keenakan.
Sambil mengoyang perlahan-lahan, Indun berpura-pura lagi menjaga bebeknya. Ketika ada seseorang lewat di pematang seberang, dia sengaja berteriak-teriak menghalau bebek-bebeknya. Orang itu tersenyum dan menyapa Indun , ”Giat amat, Mbak Indun . Pagi-pagi sudah ke sawah.”Cerpen Sex
Menahan desahannya, Indun tersenyum dan menjawab, ”Iya nih, Pak, oughhh… bebeknya nakal, ahh… suka nyosor ke sawah orang, ughh!”
Petani tua yang menyapanya memicingkan mata, ”Mbak Indun nggak apa-apa? Kok kayak kesakitan gitu?” tanyanya curiga.
Indun kembali tersenyum, ”B-banyak semut, ehss… pada ngegigit kaki saya!”
Pak Tua tersenyum, ”Hati-hati, Mbak. Disini semutnya nakal-nakal, sukanya gigit wanita cantik.”
”I-iya, Pak, arghhh!” Indun memekik. Saat itu, berbaring di bawah tubuhnya, Adri menggenjot penisnya semakin keras. Begitu kencangnya tusukan itu hingga beberapa kali kontolnya yang panjang menembus memek Indun hingga ke pangkal. Indun jadi kelojotan dibuatnya. Ia sangat menikmat.
Tetap tersenyum, sambil geleng-geleng kepala, si Petani Tua pergi meninggalkan Indun . Dia meneruskan langkah menuju ke sawahnya sendiri.
”Eghh… Tante!” Adri memeluk kedua paha Indun dan menggoyang pinggulnya semakin cepat. Dia juga merasa nikmat, bahkan lebih nikmat daripada yang dirasakan Indun , mungkin karena ini adalah persetubuhan pertamanya.
Setiap hari, setiap kali angon kambing, Adri selalu berfantasi dan berbicara tentang kecantikan Indun dengan teman-temannya. Bocah-bocah kecil itu ramai ngomongin betapa molek dan montoknya ibu muda itu. Beberapa kali mereka saling menantang, bertanya siapa yang berani menggoda Indun duluan. Dan sampai berbulan-bulan, ternyata hanya Adri yang berani mendekatinya. Dan sekarang dia mendapatkan hasilnya, Adri bisa merasakan tubuh montok Indun meski dalam situasi yang sangat menegangkan. Tapi justru itu yang bikin nikmat, rasa deg-degan karena takut terpergok membuat mereka meresapi setiap detik tautan alat kelamin mereka.
Memandang sekeliling, Indun memastikan kalau tidak ada lagi orang yang lewat. Sambil terus menggoyang tubuhnya dari atas, ia semakin kencang menekan pinggulnya jauh ke bawah, membuat kontol Adri jadi menusuk dan menancap lebih dalam. Mereka memekik bersamaan, cukup keras terdengar, tapi untung ada suara celoteh bebek-bebek yang menyamarkannya. Indun membungkuk dan mengeluarkan teteknya dari balik jubah, ia meminta Adri untuk menghisapnya. ”Ini kan yang kau inginkan?” tanyanya dengan kerlingan nakal.
Tak menjawab, Adri segera menyosor benda bulat itu. Gerakan mulutnya secepat paruh para bebek yang lagi berebutan cacing. Bedanya, kali ini puting Indun lah yang menjadi sasarannya. Adri mencucup dan menghisapnya dengan rakus. Ia menjilatinya secara bergantian, dua-duanya ia garap secara Adril, dari kiri ke kanan, lalu balik lagi lagi ke kiri. Kalau sudah kelelahan, ia benamkan mukanya ke belahannya yang curam.
”Auw!” Indun memekik kegelian menerimanya, tapi bukannya berhenti, ia malah meminta Adri agar menggigit-gigit ringan putingnya. Dengan senang hati, Adripun melakukannya. Dan Indun semakin kelojotan dibuatnya, ia terus menekan tubunnya sampai dirasakannya Adri orgasme tak lama kemudian. Sperma bocah itu berhamburan memenuhi lubang memeknya.
”Tante, aku keluar!” pekik bocah itu sambil meremas kuat-kuat tetek besar Indun .
Indun terdiam, membiarkan Adri menikmati puncak permainannya. ”Dasar bocah, baru sebentar sudah keluar.” batinnya dalam hati. Tapi Indun tak bisa menyalahkannya juga. Siapa juga yang bisa tahan main lama dengannya? Jangankan Adri yang masih bau kencur, dulu suaminya saja hanya sanggup bertahan lima menit.
”Tubuhmu terlalu nikmat, Sayang!” begitu kata suaminya beralasan kalau Indun mendengus kecewa. Dan sampai laki-laki itu meninggal, Indun tidak pernah merasakan indahnya orgasme. Jadi dia maklum saja kalau Adri yang baru pertama kali ini ngentot, jadi kelihatan cupu di depannya.
”Kamu salah memilih sasaran, Di.” gumam Indun sambil membenahi pakaiannya. Dia sudah mencabut penis Adri dari belahan memeknya dan sekarang menyuruh bocah nakal itu untuk mencuci tubuhnya di sungai. Indun menyusul tak lama kemudian. Jongkok di tepi sungai, ia membasuh lubang kencingnya yang penuh oleh sperma Adri.
”Tante, punyaku bangun lagi.” seru Adri yang duduk di sebelahnya.
Indun menoleh, dan mendapati kontol Adri yang sudah tegang kembali. ”Kenapa, kamu pengen lagi?” tanya Indun menggoda. Dia memegangi penis itu dan kembali mengocoknya pelan.
Adri mengangguk malu-malu, ”Iya, Tante.”
”Kan tadi sudah,” kilah Indun .
”Tapi masih pengen,” rengek Adri manja.
”Besok lagi ya? Sekarang Tante harus pulang, sudah siang.” Indun melepas kontol Adri, membuat si bocah melenguh kecewa.
”Besok? Disini? Seperti tadi ? tanya Adri penasaran.
Indun tersenyum dan mengangguk. Hatinya gembira, dia kini sudah punya ’teman’ yang bisa membantunya melepas birahi, meski itu adalah Adri, anak tetangganya yang baru berusia limabelas tahun. Tapi tak apa, biarpun masih kecil, tapi kontolnya sudah keras dan panjang. Dan kalau dilatih dengan benar, dengan bimbingan Indun tentunya, sebentar lagi benda itu akan menjadi dewasa dan siap untuk digunakan sepenuhnya.
“Gimana, Tante?” tanya Adri lagi, menagih janji Indun .
Indun mengangguk. “Iya, disini. Tapi ingat, kamu harus jaga rahasia ini. Kalau sampai ada orang yang tahu, bisa-bisa kamu akan dibunuh orang. Kamu nggak mau kan itu terjadi ?” ancam Indun .
Adri mengangguk setuju.
***
Esoknya, setelah mengikat kambing-kambingnya ke pohon terdekat, Adri mendekati Indun yang sudah menunggu di dalam gubuk. ”Pagi, Tante?” sapanya ramah.
Indun melirik celana bocah itu, tampak sudah ada sedikit tonjolan disana, Adri rupanya sudah tak sabar. ”Kok bawa kambing, kemana ayahmu?” tanya Indun basa-basi.
Tidak menjawab, Adri malah meloncat duduk di samping Indun dan langsung menjulurkan tangannya untuk meremas-remas tetek Indun yang tersembunyi di balik baju kurung. ”Adri kangen ini, Tante.” kata bocah itu.
Indun tersenyum dan tetap membiarkan Adri melakukannya. ”Tante juga kangen ini?” balas Indun sambil mengelus-elus kontol Adri dari luar celana. Cukup lama mereka saling merangsang hingga ada beberapa orang ibu-ibu yang lewat di belakang gubuk.
Indun segera berpura-pura menawari Adri minum kopi. ”Cepat minum, Di, sebelum keburu dingin!”
Adri langsung menenggaknya, sama sekali tidak menyangka kalau kopi itu masih sangat panas. Dia langsung mengaduh sambil jingkrak-jingkrak, lidahnya serasa terbakar. Para ibu tertawa melihatnya, bahkan Indun juga ikutan tertawa. Adri jadi tersipu karena jadi bahan tertawaan. Tapi untunglah, karena tingkahnya itu, jadi tidak ada yang curiga dengan apa yang baru saja ia lakukan bersama Indun .
”Dapat kue apa, Di, dari Tante Indun ?” tanya salah seorang ibu. Mereka rupanya hendak menuju sawah Haji karim yang hari ini dipanen.
Adripun menjawab sekenanya, ”Ini, ada singkong goreng. Tapi masih belum boleh dimakan, nunggu dibuka dulu.”
ibu-ibu tertawa mendengarnya, setelah pamit pada Indun , mereka melanjutkan perjalanan. Indun yang mengerti apa yang dimaksud oleh Adri, langsung menjitak kepala bocah itu kuat-kuat.
”Hati-hati kalau bicara, kan sudah Tante peringatkan kemarin.” ancam Indun .
”I-iya, Tante.” sambil mengusap-usap kepalanya yang jadi benjol, Adri menjawab takut-takut.
Indun jadi kasihan melihatnya. Setelah melihat sekeliling, memastikan kalau situasi aman, iapun berkata pada Adri. ”Udah… sini, sekarang kamu rebahan di pahaku. Kepalamu di sini,” Indun menunjuk pangkal paha di bawah perutnya. ”Kamu hisap tetek Tante biar lidahmu jadi dingin lagi.” kata Indun , merujuk pada kekonyolan Adri tadi .
Mengangguk kesenengan, Adripun merebahkan kepalanya di paha Indun , dinantikannya Indun yang sedang sibuk melepas kancing baju panjangnya. Tersenyum, Indun mengeluarkan teteknya dan memberikannya pada Adri, ia menarik keluar dua-duanya, menyajikan pemandangan yang sangat indah di mata si bocah. Tak berkedip, Adri segera mencium dan mengulumnya, ia hisap putingnya yang bulat runcing bergantian, kiri dan kanan. Bagai bayi yang kehausan, mulutnya terus menempel di dada Indun . Dengan jilbab lebarnya, Indun menyembunyikan kepala Adri, membuat perbuatan mesum mereka jadi terasa aman.
Di sisi lain, Indun juga tak mau tinggal diam, dia mulai mengelus-elus burung Adri. Tak puas dari luar celana, ia masukkan tangannya ke dalam celana si bocah. Masih tak puas juga, akhirnya ia pelorotkan celana pendek Adri ke bawah hingga kontolnya yang sudah menegang dahsyat terlontar keluar. Indun segera menangkap dan menggenggamnya, lalu dengan perlahan mulai dielusnya. Sementara Adri terus menghisap teteknya secara bergantian, Indun mulai mengocok benda itu kuat-kuat, ia benar-benar gemas dengan kontol muda Adri.
”Ehm… ehss… enak, Tante!” desis Adri dengan mulut tetap menempel di puting Indun , sekarang benda itu sudah terlihat basah dan memerah karena air liurnya.
Indun membalas dengan mengocok penis Adri semakin cepat, dan saat ia sudah mulai tak tahan, cepat-cepat Indun menyingkap baju panjangnya dan berbaring telentang di papan. Sedikit tak sabar, ia bimbing Adri agar segera menindih tubuhnya. Gemas ditangkapnya burung bocah itu lalu cepat dimasukkannya ke dalam memek saat Adri tampak kesulitan melakukannya. Begitu sudah masuk, reflek Adri segera memompa tubuhnya, membuat alat kelamin mereka sekali lagi saling mengisi dan menggesek.
Mereka melenguh berbarengan, juga merintih bersama-sama, serta berkeringat berdua sampai akhirnya Adri melepaskan spermanya tak lama kemudian. Sama seperti kemarin, Indun juga belum apa-apa. Ia baru merasa nikmat, tapi Adri sudah keburu terkapar duluan. Tapi lumayan, sudah sedikit lebih lama dari kemarin.
Adri segera mencabut penisnya dan duduk terengah-engah di samping Indun , ia melihat sekeliling sembari memperbaiki celananya.
“Bagaimana, ada orang” tanya Indun yang masih tiduran. Tangannya menarik kembali bajunya ke bawah hingga menutup ke mata kaki. Untuk payudaranya, tetap ia biarkan terbuka karena Adri masih mengusap-usap dan meremas-remasnya pelan. Bocah itu tampak sangat menyukainya.
Tidak menjawab, mata Adri tetap awas melihat sekeliling. Sementara tangannya juga tetap berada di atas gundukan payudara Indun , meremas-remas lembut disana sambil sesekali memijit dan menjepit putingnya yang bulat mungil.
Merasa diperdayai, Indun segera bangkit dan duduk di samping Adri. Benar, sawah kelihatan sepi, sama sekali tidak ada orang. Ia segera menjitak kepala bocah itu keras-keras, ”Dasar kamu, ya!” umpatnya karena sudah dibohongi.
Adri tertawa cengengesan sambil mengusap-usap kepalanya yang nyeri, sama sekali tidak kelihatan marah. Malah dia mengajak Indun untuk pergi ke sungai membersihkan diri.
Sejak itu, hubungan mereka menjadi semakin ’akrab’. Adri setiap hari meminta jatah kepada Indun , dia sudah tidak malu-malu lagi melakukannya, sepertinya dia sudah ketagihan dengan tubuh molek ibu muda itu. Indun yang melihatnya, jadi punya ide lain. Dengan senang hati ia memberikan tubuhnya pada Adri dengan sedikit permintaan; disuruhnya Adri ini dan itu, mulai dari menjaga bebek hingga mengangkat pakan ternak yang beratnya minta ampun. Tapi Adri tampak senang-senang saja melakukannya, yang penting ia dapat merasakan tubuh mulus Indun .
Hubungan itu terus berjalan hingga tanpa terasa sudah memasuki bulan ketiga. Adri sudah semakin ahli dan pintar, beberapa kali ia bisa mengantar Indun menuju orgasmenya. Indun senang bukan main menerimanya, ia semakin sayang pada bocah itu. Untuk jaga-jaga, Indun ikut KB. Tiap hari ia minum pil agar tidak sampai hamil. Hubungan ini tidak boleh sampai berakhir.
Dan bukan hanya mereka berdua yang senang, orang tua Adri juga ikut gembira karena anaknya diperlakukan dengan baik oleh Indun . Mereka ikhlas saja melepas Adri, bahkan menyuruh bocah itu agar tak segan membantu Indun bila ada kesulitan. Misalnya seperti hari ini, saat Indun sibuk membuat telor asin, dengan senang hati orang tua Adri mengijinkan anak mereka agar menginap di rumah Indun .
”Biar bisa cepat selesai,” begitu kata ayahnya.
Indun tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Di belakang, Adri bersorak gembira karena tadi siang, Indun menjanjikannya sesuatu yang ’spesial’, dengan syarat dia mau tidur di rumahnya. Adri jadi tidak sabar menunggu, apakah sesuatu yang spesial itu?
Malam bergerak lamban bagi Adri. Sampai pukul 21.00, mereka masih mengerjakan pesanan telor asin yang tinggal sedikit lagi selesai. Di luar, suasana cukup sepi. Di Desa itu memang jarang yang keluar malam. Kelelahan setelah bekerja seharian di ladang membuat banyak rumah yang sudah menutup pintu, bahkan tidak sedikit yang mematikan lampu. Tak terkecuali kediaman Indun , bahkan anak dan orang tua Indun sudah pada tidur sejak sore tadi . Hanya tinggal Adri dan Indun yang masih melek di malam yang dingin itu.
Adri yang sudah tak sabar segera mencolek lengan Indun , ”Gimana, Tante?” tanyanya konak.
Indun membalas dengan mengusap pelan kontol Ade, benda itu terasa sudah mengeras dan menegang penuh. ”Sabar, tinggal sedikit lagi.” bisiknya.
Adri memindahkan tangannya ke gundukan payudara Indun , membuat baju kurung yang dikenakan wanita itu jadi bernoda tanah saat dia mulai meremas-remas pelan disana. Indun hanya mendesah, tapi tidak menolak. Sambil terus membuat telor asin, dia membiarkan tangan Adri tetap berkreasi. Sekarang bocah itu malah sudah memasukkan jari-jemarinya ke sela kancing baju Indun , menyentuh gundukan payudaranya secara langsung dan memilin-milin putingnya yang sudah mulai terasa sedikit mengeras. Indun sadar, Adri sudah benar-benar pengen, nafsu bocah itu sudah tidak dapat ditangguhkan lagi.
Meletakkan telornya yang tinggal sekeranjang lagi, Indun segera mengajak Adri untuk mencuci tangan ke sumur belakang. Setelah itu ia segera menuntun si bocah masuk ke dalam kamarnya. Saat melewati dapur, Indun mengambil sedikit minyak goreng, ditaruhnya di dalam sebuah mangkok kecil.
”Buat apa, Tante?” tanya Adri penasaran.
“Ini yang kubilang spesial kemarin,” sahut Indun .
”Tante mau menggoreng ikan di kamar?” tanya Adri polos.
Tawa Indun meledak mendengarnya, ”Sudah, kamu diam saja.”
Mereka masuk ke kamar dan Indun segera mengunci pintunya. Dua anaknya sudah tidur di kamar yang lain, sedang yang terkecil lebih sering tidur bersama neneknya. Indun tidur sendiri di kamar ini. Tapi tidak malam ini, sekarang ia ditemani Adri, yang sudah ditelanjanginya sampai bugil dan disuruhnya berbaring di atas ranjang. Indun sudah melapisi spreinya dengan plastik putih tipis transaparan.
”Panas, Tante.” Adri mengomentari alas tidurnya yang aneh.
Indun tersenyum saja, tapi tidak menjawab. Ia mulai mencopoti seluruh bajunya hingga tak lama kemudian sudah sama-sama bugil. Kontol Adri tampak semakin menegang dahsyat melihat tubuh montok Indun yang tersaji indah di depannya. Inilah untuk pertama kalinya ia melihat tubuh Tantenya secara utuh, dalam jarak yang begitu dekat, tanpa perlu harus mengintip seperti yang dilakukannya dulu.
Tetap tersenyum, Indun segera berjalan mendekat sambil membawa mangkok berisi minyak goreng. Ia duduk di samping Adri. Dibiarkannya tangan Adri yang nakal mulai merambat untuk mengelus-elus seluruh tubuhnya. ”Kamu suka tubuh Tante?” tanya Indun memancing sambil tangannya mulai melumuri burung Adri memakai minyak goreng. Adri tentu saja langsung tersentak dibuatnya.
”Ehm… suka banget, Tante! Uughh… enak!” rintihnya saat Indun mulai mengocok kontolnya pelan.
Indun kembali mengucurkan minyaknya, kali ini giliran perut dan dada Adri yang menjadi sasaran. Dengan menggunakan gundukan payudaranya, Indun kemudian menunduk untuk meratakannya. Adri tentu saja langsung terkejang-kejang dipijit-pijit seperti itu. Apalagi saat Indun mulai menindih tubuhnya, dan secara perlahan memasukkan penisnya yang sudah menegang dahsyat ke dalam lubang memeknya… ugh, nyawa Adri bagai terbang ke langit ke tujuh merasakannya!
Tapi baru saja ia menggoyang, kira-kira masih sepuluh tusukan, tiba-tiba Indun berhenti menggerakkan pinggulnya, membuat kontol Adri yang baru merasa nikmat jadi ngaceng tanggung. ”Tante, kok berhenti?” tanya Adri kecewa.
Indun tersenyum penuh arti, ”Kamu suka, enak tidak?” tanya Indun nakal.
Adri mengangguk cepat, ”Enak banget, Tante. Ayo goyang lagi!” pintanya.
Indun menggeleng. ”Ada lagi yang lebih enak, kamu pasti suka!” sambil berkata, dia turun dari tubuh Adri, membuat si bocah makin mendengus kesal karena merasa dipermainkan.
”Apaan, Tante? Ayo cepetan!” seru Adri tak sabar, rasanya dia tega untuk memperkosa Indun kalau wanita itu terus menggodanya seperti ini.
Tidak menjawab, Indun mengambil minyak goreng lalu mulai melumuri lubang pantatnya sendiri. Setelah dirasa cukup merata, dia kemudian membungkuk di depan Adri, mempertontonkan lubang pantatnya yang tampak licin dan mengkilat. Adri yang tidak mengerti apa yang diinginkan oleh Indun , segera menyerbu dari belakang dan menusukkan batang kontolnya ke lubang memek si ibu muda.
”Bukan yang itu, Di.” Indun cepat mendorong tubuh Adri ke belakang. ”Tapi yang ini!” dia menunjuk lubang anusnya.
Adri celingukan, ”Apa cukup, Tante?” tanyanya sambil membandingkan ukuran penisnya dengan lubang itu.
”Lakukan saja, nanti aku tuntun,” kata Indun tak sabar. Dia kembali menungging saat Adri mulai berlutut di belakangnya. Cepat ditangkapnya burung bocah itu lalu ia tempelkan ujungnya yang tumpul ke lubang pantatnya. “Ayo tusuk, Di. Tekan yang kuat,” Indun memberi perintah.
Adri mengikuti, ia tekan kontolnya kuat-kuat hingga menembus lubang sempit itu. Ia merasakan bagaimana cengkeraman lubang anus Indun bagai mencekik burungnya, tapi tetap berusaha ia tahan karena di sisi lain ia juga merasa nikmat karenanya. Adri merasa kontolnya bagai diremas-remas dan dielus-elus ringan oleh lorong anus Indun .
“Ayo goyang, Di,” bisik Indun saat rasa kebas di pantatnya sudah mulai hilang.
Adri melakukannya, ia mulai menggoyang pinggulnya perlahan hingga batang penisnya yang besar bergerak keluar-masuk dengan pelan di dalam lubang sempit Indun . ”Eghs… Terus, Di… ughh… enak!” desah Indun keenakan. Mereka terus berada dalam posisi seperti itu hingga beberapa menit lamanya.
Sambil menggoyang, Adri menggapai tetek Indun yang menggantung indah di depannya untuk digunakannya sebagai pegangan. Putingnya yang mungil ia pilin-pilin kuat saat penisnya keluar-masuk semakin cepat di pantat perempuan cantik itu
”Ough… enak, Di! Terus! Tusuk yang dalam! Ahh…” Indun menggeleng-gelengkan kepala, merasa sangat nikmat sekali. Sudah lama ia tidak merasakan yang seperti ini, terakhir dengan suaminya beberapa tahun yang lalu, itupun tidak lama karena sang suami lebih suka mencoblos liang memeknya daripada lubang pantatnya. Dengan Adri, Indun jadi bisa menyalurkan fantasinya yang tertunda.
”Arghhh… Adri… aku… oughhh…” tak sanggup meneruskan kata-katanya, Indun meledak tak lama kemudian. Ia orgasme, air cintanya tumpah ruah membasahi plastik bening di atas sprei.
Adri sedikit kaget dibuatnya, ia sempat menghentikan goyangannya sebentar untuk mengintip apa yang terjadi . Saat tahu kalau Indun baik-baik saja, bahkan wanita itu terlihat puas dan bahagia sekali, barulah Adri meneruskan genjotannya, bahkan kali ini menjadi lebih cepat karena ia juga merasa tidak tahan lagi. Jepitan anus Indun yang sangat ketat dan kuat mustahil untuk dilawan.
”Arghhhh… Tante!” menjerit tak kalah keras, Adri memeluk kuat tubuh montok Indun dan menusukkan penisnya sedalam mungkin ke lubang dubur perempuan cantik itu, disana ia melepaskan semua spermanya berkali-kali.
Indun tersenyum, semua pelajarannya untuk mendewasakan Adri kini tuntas sudah. Anak itu sudah resmi menjadi lelaki dewasa. Dipeluknya tubuh kurus Adri yang ambruk kelelahan di atas ranjang, ditunggunya hingga Adri siap untuk ronde yang kedua. Malam ini adalah malam spesial, mereka tidak boleh tidur!
Cerita Dewasa - Indun baru berusia 29 tahun, tapi sudah menjanda. Suaminya meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan bus, meninggalkannya sendirian dengan tiga orang anak yang masih kecil-kecil. Hidupnya jadi susah, karena itulah ia pulang ke desa untuk hidup bersama kedua orang tuanya.
Menjadi seorang janda bukan berarti sudah tidak menginginkan sex lagi. Itu salah. Buktinya, Indun masih saja menginginkannya, apalagi sudah lama ia tidak mendapatkannya. Memeknya jadi gatal, tapi ia harus sekuat tenaga menahannya. Sebagai seorang wanita yang baik, ia tidak boleh terlalu vulgar mengumbar nafsu birahinya.
Di desa, Indun memelihara ayam. Dia juga mempunyai sebuah kolam ikan peninggalan almarhum suaminya serta beberepa petak sawah dan sedikit ladang kering. Sehari-hari ia sibuk mengurusnya, lumayan untuk sedikit mengalihkan perhatiannya.
Sehari-hari, ia akrab dengan seorang anak pengangon kambing yang sesekali suka mengusilinya. Namanya Adri, usianya baru 15 tahun. Selain usil, Adri juga suka bicara seenaknya. Mulanya Indun risih juga mendengar perkataannya yang tak senonoh itu. Tapi setelah memperhatikan, ternyata anak itu hanya berkata jorok bila mereka berdua saja, dan semua kata-katanya tidak sampai terdengar keluar. Hanya mereka berdua yang tahu. Itu membuat Indun yakin kalau Adri adalah anak yang pintar menjaga rahasia.
Sampai akhirnya, terjadi lah peristiwa itu…
Di desa, Indun memelihara ayam. Dia juga mempunyai sebuah kolam ikan peninggalan almarhum suaminya serta beberepa petak sawah dan sedikit ladang kering. Sehari-hari ia sibuk mengurusnya, lumayan untuk sedikit mengalihkan perhatiannya.
Sehari-hari, ia akrab dengan seorang anak pengangon kambing yang sesekali suka mengusilinya. Namanya Adri, usianya baru 15 tahun. Selain usil, Adri juga suka bicara seenaknya. Mulanya Indun risih juga mendengar perkataannya yang tak senonoh itu. Tapi setelah memperhatikan, ternyata anak itu hanya berkata jorok bila mereka berdua saja, dan semua kata-katanya tidak sampai terdengar keluar. Hanya mereka berdua yang tahu. Itu membuat Indun yakin kalau Adri adalah anak yang pintar menjaga rahasia.
Sampai akhirnya, terjadi lah peristiwa itu…
Hari sudah beranjak sore ketika Indun berniat untuk mandi. Itu adalah rutinitasnya seperti biasa, tapi entah mengapa, sore itu ia merasa tidak enak hati, seperti ada yang membuatnya deg-degan. Perasaannya jadi tidak menentu, naluri kewanitaannya mengatakan bakal ada sesuatu yang terjadi . Entah itu baik ataupun buruk.
Dan benar saja, saat mau menyirami tubuh telanjangnya yang sudah disabuni, tiba-tiba ia dikejutkan oleh sepasang mata yang mengintip penasaran dari balik dinding gedek. Seperti umumnya kamar mandi di desa, kamar mandi Indun juga cuma ditutup gedeg atau anyaman bambu sebagai sekatnya. Siapapun yang berniat mengintip akan dengan mudah melihat dari celah dinding bambu. Dan sore ini, Adri melakukannya. Ya, Indun sangat hafal sekali, itu adalah sepasang mata milik si bocah.
”Adri, ngapain kamu?!” tanya Indun dari dalam.
“Ya, ini aku, Tante…” jawab Adri enteng tanpa merasa bersalah sedikitpun. Ia malah tersenyum lebar karena sudah berhasil mengintip tubuh montok Indun yang sehari-hari tertutup jubah panjang dan jilbab lebar. Memang, tidak semua orang bisa seberuntung dirinya saat ini.
Dalam hati, Indun membatin, ”Nakal sekali anak ini, harus aku kasih pelajaran!” Dan pelajaran yang cocok untuk anak semacam Adri adalah… Indun akan membiarkan bocah kecil itu terus mengintip tubuhnya! Rasain, biar saja dia jadi puyeng karena melihat seluruh tubuhnya. Indun tidak peduli. Salah sendiri jadi anak kok nakal banget.

Pura-pura tidak terjadi apa-apa, Indun meneruskan acara mandinya. Sambil mengguyur tubuh montoknya yang masih penuh busa sabun, ia sedikit meliuk-liukkan tubuhnya, memamerkan bokong dan payudaranya yang bulat montok pada Adri. Tersenyum dalam hati, Indun memperhatikan betapa Adri terdiam dan terkagum-kagum memandanginya. Bocah itu melotot dengan air liur hampir menetes keluar.
Jangankan Adri yang baru beranjak gede, orang-orang di pasar saja suka usil bila melihat Indun . Mereka suka mencolek dan menggodanya kala Indun menjual telur bebek ke salah satu kios langganannya. Dengan kemolekan tubuhnya, Indun dengan cepat menjadi idola para pedagang telur di pasar inpres. Tapi untunglah, dengan dandanannya yang alim dan sopan, sampai saat ini belum ada yang berani berbuat macam-macam kepada dirinya. Dan Indun berharap, semoga selamanya juga tidak ada. Dia ingin menjalani hidupnya di desa ini dengan tenang. Indun tidak ingin mencari masalah.

Setelah tubuhnya bersih, Indun mengambil handuk yang ada di cantolan baju. Pelan dia mengusap sisa-sisa air yang masih menempel di tubuh montoknya. Diperhatikannya Adri yang masih tetap setia mengintip dari celah dinding. Indun tersenyum, ia berniat untuk unjuk diri sekali lagi. Entah kenapa, menghadapi Adri yang usil, sisi liar Indun jadi bergejolak seperti ini. Padahal biasanya ia cukup teliti menjaga aurat, buktinya ia selalu mengenakan baju panjang dan jilbab kalau keluar rumah. Indun tidak ingin ada yang menikmati lekuk tubuh montoknya secara gratis.
Menghadap persis ke arah Adri, Indun mulai beraksi. Sedikit membusungkan dada, ia mulai meremas-remas kedua bukit kembarnya berulang kali, membuat benda yang masih kelihatan padat meski sudah digunakan menyusui 3 orang bayi itu semakin terlihat indah. Indun juga memilin-milin putingnya yang mungil kecoklatan, yang kelihatan sangat kontras dengan kulit tubuhnya yang putih mulus. Tak berhenti sampai di situ, tangan Indun turun ke bawah dan mulai mengusap-usap bibir vaginanya. Dia mencolokkan dua jarinya ke dalam dan mulai mengocoknya dengan begitu lembut. Di luar, Adri menegang dan terpana saat melihat Indun yang mulai bermasturbasi di depan matanya.
Dan benar saja, saat mau menyirami tubuh telanjangnya yang sudah disabuni, tiba-tiba ia dikejutkan oleh sepasang mata yang mengintip penasaran dari balik dinding gedek. Seperti umumnya kamar mandi di desa, kamar mandi Indun juga cuma ditutup gedeg atau anyaman bambu sebagai sekatnya. Siapapun yang berniat mengintip akan dengan mudah melihat dari celah dinding bambu. Dan sore ini, Adri melakukannya. Ya, Indun sangat hafal sekali, itu adalah sepasang mata milik si bocah.
”Adri, ngapain kamu?!” tanya Indun dari dalam.
“Ya, ini aku, Tante…” jawab Adri enteng tanpa merasa bersalah sedikitpun. Ia malah tersenyum lebar karena sudah berhasil mengintip tubuh montok Indun yang sehari-hari tertutup jubah panjang dan jilbab lebar. Memang, tidak semua orang bisa seberuntung dirinya saat ini.
Dalam hati, Indun membatin, ”Nakal sekali anak ini, harus aku kasih pelajaran!” Dan pelajaran yang cocok untuk anak semacam Adri adalah… Indun akan membiarkan bocah kecil itu terus mengintip tubuhnya! Rasain, biar saja dia jadi puyeng karena melihat seluruh tubuhnya. Indun tidak peduli. Salah sendiri jadi anak kok nakal banget.
Pura-pura tidak terjadi apa-apa, Indun meneruskan acara mandinya. Sambil mengguyur tubuh montoknya yang masih penuh busa sabun, ia sedikit meliuk-liukkan tubuhnya, memamerkan bokong dan payudaranya yang bulat montok pada Adri. Tersenyum dalam hati, Indun memperhatikan betapa Adri terdiam dan terkagum-kagum memandanginya. Bocah itu melotot dengan air liur hampir menetes keluar.
Jangankan Adri yang baru beranjak gede, orang-orang di pasar saja suka usil bila melihat Indun . Mereka suka mencolek dan menggodanya kala Indun menjual telur bebek ke salah satu kios langganannya. Dengan kemolekan tubuhnya, Indun dengan cepat menjadi idola para pedagang telur di pasar inpres. Tapi untunglah, dengan dandanannya yang alim dan sopan, sampai saat ini belum ada yang berani berbuat macam-macam kepada dirinya. Dan Indun berharap, semoga selamanya juga tidak ada. Dia ingin menjalani hidupnya di desa ini dengan tenang. Indun tidak ingin mencari masalah.
Setelah tubuhnya bersih, Indun mengambil handuk yang ada di cantolan baju. Pelan dia mengusap sisa-sisa air yang masih menempel di tubuh montoknya. Diperhatikannya Adri yang masih tetap setia mengintip dari celah dinding. Indun tersenyum, ia berniat untuk unjuk diri sekali lagi. Entah kenapa, menghadapi Adri yang usil, sisi liar Indun jadi bergejolak seperti ini. Padahal biasanya ia cukup teliti menjaga aurat, buktinya ia selalu mengenakan baju panjang dan jilbab kalau keluar rumah. Indun tidak ingin ada yang menikmati lekuk tubuh montoknya secara gratis.
Menghadap persis ke arah Adri, Indun mulai beraksi. Sedikit membusungkan dada, ia mulai meremas-remas kedua bukit kembarnya berulang kali, membuat benda yang masih kelihatan padat meski sudah digunakan menyusui 3 orang bayi itu semakin terlihat indah. Indun juga memilin-milin putingnya yang mungil kecoklatan, yang kelihatan sangat kontras dengan kulit tubuhnya yang putih mulus. Tak berhenti sampai di situ, tangan Indun turun ke bawah dan mulai mengusap-usap bibir vaginanya. Dia mencolokkan dua jarinya ke dalam dan mulai mengocoknya dengan begitu lembut. Di luar, Adri menegang dan terpana saat melihat Indun yang mulai bermasturbasi di depan matanya.
Adegan itu terus berlangsung selama beberapa menit sampai akhirnya Indun menjerit keenakan tak lama kemudian. Dari memeknya memancar air bening yang amat deras. Adri tak berkedip memandanginya, bahkan ia terlihat semakin menempelkan matanya di dinding kamar mandi agar bisa melihat lebih jelas lagi.
Terengah-engah penuh kepuasan, Indun mengguyur tubuhnya. Ia mandi sekali lagi. Dilihatnya Adri masih setia mengintip apapun yang ia lakukan. Indun segera menegurnya. ”Sudah, Di. Sudah tidak ada yang bisa dilihat.” katanya begitu acara mandi sore itu selesai.
Tidak mendengar jawaban, Indun menebak kalau Adri sudah pergi. Hari sudah mulai gelap hingga ia tidak bisa melihat ke antara celah dinding kamar mandi. Indun segera mengenakan baju panjangnya kembali dan berjalan keluar menuju rumah.kisah dewasa
***
Hari masih pagi ketika Indun pergi ke sawah untuk melihat bebek-bebeknya. Saat itu dia membawa beberapa buah singkong goreng sebagai bekal. Setelah memastikan bebeknya tidak ada yang hilang dan selesai memberi makan mereka, Indun pergi ke gubuk di tengah sawah untuk beristirahat. Saat sedang asyik memakan bekalnya, dilihatnya Adri datang mendekat. ”Hmm, mau apa bocah nakal itu sekarang?” batin Indun dalam hati. Dilihat dari cengirannya yang usil, sepertinya Adri tidak merasa bersalah dengan peristiwa kemarin.
”Pagi, Tante… habis ngasih makan bebek ya?” tanyanya.
”Iya,” Indun mengangguk. ”Mana kambingmu?” ia bertanya. Tidak biasanya Adri pergi sendirian ke sawah tanpa dibuntuti kambing-kambingnya.
”Sudah dibawa bapak ke bukit sana,” Adri menunjuk bukit kecil yang ada di sebelah kiri mereka.
”Kemarin kamu mengintip Tante, kenapa?” tanya Indun saat Adri sudah duduk di sebelahnya.
”Adri suka nglihat tetek Tante yang gede,” jawab Adri enteng.
Indun memperhatikan payudaranya. Memang benar, meski tertutup baju panjang dan jilbab lebar, benda itu terlihat sangat bulat dan menggiurkan. Anak sekecil Adri aja tahu kalau tetek Indun begitu montok dan besar. Bocah itu tidak salah. ”Selain tetek Tante, kamu mau lihat apa lagi?” pancing Indun , entah kenapa dia jadi bertanya seperti ini.
“Ya… apalagi kalau bukan tempeknya Tante,” kata Adri seenaknya. Yang dimaksud dengan tempek adalah kemaluan wanita, alias vagina.cerita bokep
“Kamu masih kecil, tapi sudah gatal,” Indun nyeletuk. Meski tahu kalau Adri sedikit nakal, dia tetap sayang kepada bocah itu karena Adri suka membantunya kalau Indun lagi sibuk di sawah sendirian. Semua penduduk desa tahu kalau mereka sangat dekat dan akrab. Tapi tak seorang yang tahu kalau Adri suka ngomong jorok dan seenaknya.
”Tempek Tante kemarin gatal ya, kok sampe digaruk segala?” tanya Adri mengenai masturbasi Indun .
Indun tersenyum lebar, ”Bukan gatal, Tante cuma pengen kencing aja.” dia mengarang alasan.
”Perasaan, kalau ibuku kencing nggak sampai seperti itu deh,” sahut Adri.
”Kamu pernah melihat ibumu kencing?” tanya Indun tak percaya, benar-benar sudah kelewatan bocah satu ini.
”Nggak ngeliat langsung, cuman nggak sengaja saat ibu jongkok di kebun belakang.” jelas Adri.
”Dasar kamu ya,” Indun mengacak-acak rambut bocah itu. ”Eh, kalau ngintip ibumu mandi mandi, pernah nggak?” tanya Indun , tiba-tiba saja terlintas pikiran itu di otaknya yang tertutup jilbab.
Adri mengangguk. ”Iya, pernah.”
“Gimana tetek ibumu, gede kan?” tanya Indun penasaran. Dia memang pernah sekali melihat ibu Adri sedang mandi di sungai, dan menurutnya tubuh perempuan itu cukup menarik juga meski wajahnya tidak cantik-cantik amat.
Adri terdiam membayangkan, ”Lumayan sih, tapi tetep lebih gede punya Tante,” jawabnya sesaat kemudian.
Indun tertawa mendengarnya. ”Itu karena usia ibumu sudah tua, jadi teteknya kendor. Coba kalau seusia Tante, pasti ukurannya bakal sama.”
Adri menggeleng, ”Nggak, masih lebih bagus punya Tante.”
Indun tertawa lagi. “Trus, emang kenapa kalau lebih bagus punya Tante? Kamu mau ngapain?” tantangnya.
Adri tersipu malu, ”Ya nggak apa-apa sih. Adri cuma pingin pegang, pingin hisap, pingin remas-remas!” kata bocah itu sekenanya.cerita ngentot
“Ah, kamu ini… dasar anak kecil!” Indun kembali mengacak-acak rambut gondrong Adri.
“Kecil apanya? Nih Tante lihat!” tanpa disangka oleh Indun , Adri tiba-tiba berdiri dan memelorotkan celananya.
”Adri!” pekik Indun saat melihat kontol Adri yang sudah ngaceng keras. Walau bulunya masih sangat sedikit, tapi benda itu tampak begitu mempesona. Bagi seorang wanita yang haus akan sentuhan seperti Indun , melihat kontol tepat di depan matanya seperti sekarang, tak urung dengan cepat membuat darahnya berdesir. ”Gila. Anak umur limabelas tahun, tapi kontolnya sudah mirip orang dewasa,” batin Indun dalam hati.
“Gimana, besar kan, Tante?” tanya Adri bangga sambil semakin memamerkan penisnya.
“Ya, lumayan juga.” Indun tak sanggup memalingkan mukanya dari benda coklat panjang itu.
”Kok cuma lumayan, ini kan sudah gede banget.” protes Adri tidak terima.
”Memang gede sih, tapi kan belum pernah dipakai. Mana bisa tahu kuat apa nggak?” pancing Indun lebih nakal lagi.
“Dipakai buat ngentot ya, Tante?” tanya Adri polos.
Indun mengangguk mengiyakan. ”Iya, kamu sudah pernah ngentot belum? Aku yakin belum!” yakin Indun .
Adri tersipu malu, “Aku kepingin ngentot, Tante, tapi bagaimana?” tanyanya bingung.
”Bukan bagaimana, tapi sama siapa! Kalau soal cara ngentot sih, Tante bisa ngajarin.” tawar Indun .
Adri langsung menyeringai lebar mendengarnya, ”Ya betul! Kenapa nggak sama Tante aja?” kata Adri ceplas-ceplos.
“Gila kamu! Ngajarin kan bisa lewat tulisan atau cerita, nggak perlu harus ngentot langsung.” kilah Indun .
Hari masih pagi ketika Indun pergi ke sawah untuk melihat bebek-bebeknya. Saat itu dia membawa beberapa buah singkong goreng sebagai bekal. Setelah memastikan bebeknya tidak ada yang hilang dan selesai memberi makan mereka, Indun pergi ke gubuk di tengah sawah untuk beristirahat. Saat sedang asyik memakan bekalnya, dilihatnya Adri datang mendekat. ”Hmm, mau apa bocah nakal itu sekarang?” batin Indun dalam hati. Dilihat dari cengirannya yang usil, sepertinya Adri tidak merasa bersalah dengan peristiwa kemarin.
”Pagi, Tante… habis ngasih makan bebek ya?” tanyanya.
”Iya,” Indun mengangguk. ”Mana kambingmu?” ia bertanya. Tidak biasanya Adri pergi sendirian ke sawah tanpa dibuntuti kambing-kambingnya.
”Sudah dibawa bapak ke bukit sana,” Adri menunjuk bukit kecil yang ada di sebelah kiri mereka.
”Kemarin kamu mengintip Tante, kenapa?” tanya Indun saat Adri sudah duduk di sebelahnya.
”Adri suka nglihat tetek Tante yang gede,” jawab Adri enteng.
Indun memperhatikan payudaranya. Memang benar, meski tertutup baju panjang dan jilbab lebar, benda itu terlihat sangat bulat dan menggiurkan. Anak sekecil Adri aja tahu kalau tetek Indun begitu montok dan besar. Bocah itu tidak salah. ”Selain tetek Tante, kamu mau lihat apa lagi?” pancing Indun , entah kenapa dia jadi bertanya seperti ini.
“Ya… apalagi kalau bukan tempeknya Tante,” kata Adri seenaknya. Yang dimaksud dengan tempek adalah kemaluan wanita, alias vagina.cerita bokep
“Kamu masih kecil, tapi sudah gatal,” Indun nyeletuk. Meski tahu kalau Adri sedikit nakal, dia tetap sayang kepada bocah itu karena Adri suka membantunya kalau Indun lagi sibuk di sawah sendirian. Semua penduduk desa tahu kalau mereka sangat dekat dan akrab. Tapi tak seorang yang tahu kalau Adri suka ngomong jorok dan seenaknya.
”Tempek Tante kemarin gatal ya, kok sampe digaruk segala?” tanya Adri mengenai masturbasi Indun .
Indun tersenyum lebar, ”Bukan gatal, Tante cuma pengen kencing aja.” dia mengarang alasan.
”Perasaan, kalau ibuku kencing nggak sampai seperti itu deh,” sahut Adri.
”Kamu pernah melihat ibumu kencing?” tanya Indun tak percaya, benar-benar sudah kelewatan bocah satu ini.
”Nggak ngeliat langsung, cuman nggak sengaja saat ibu jongkok di kebun belakang.” jelas Adri.
”Dasar kamu ya,” Indun mengacak-acak rambut bocah itu. ”Eh, kalau ngintip ibumu mandi mandi, pernah nggak?” tanya Indun , tiba-tiba saja terlintas pikiran itu di otaknya yang tertutup jilbab.
Adri mengangguk. ”Iya, pernah.”
“Gimana tetek ibumu, gede kan?” tanya Indun penasaran. Dia memang pernah sekali melihat ibu Adri sedang mandi di sungai, dan menurutnya tubuh perempuan itu cukup menarik juga meski wajahnya tidak cantik-cantik amat.
Adri terdiam membayangkan, ”Lumayan sih, tapi tetep lebih gede punya Tante,” jawabnya sesaat kemudian.
Indun tertawa mendengarnya. ”Itu karena usia ibumu sudah tua, jadi teteknya kendor. Coba kalau seusia Tante, pasti ukurannya bakal sama.”
Adri menggeleng, ”Nggak, masih lebih bagus punya Tante.”
Indun tertawa lagi. “Trus, emang kenapa kalau lebih bagus punya Tante? Kamu mau ngapain?” tantangnya.
Adri tersipu malu, ”Ya nggak apa-apa sih. Adri cuma pingin pegang, pingin hisap, pingin remas-remas!” kata bocah itu sekenanya.cerita ngentot
“Ah, kamu ini… dasar anak kecil!” Indun kembali mengacak-acak rambut gondrong Adri.
“Kecil apanya? Nih Tante lihat!” tanpa disangka oleh Indun , Adri tiba-tiba berdiri dan memelorotkan celananya.
”Adri!” pekik Indun saat melihat kontol Adri yang sudah ngaceng keras. Walau bulunya masih sangat sedikit, tapi benda itu tampak begitu mempesona. Bagi seorang wanita yang haus akan sentuhan seperti Indun , melihat kontol tepat di depan matanya seperti sekarang, tak urung dengan cepat membuat darahnya berdesir. ”Gila. Anak umur limabelas tahun, tapi kontolnya sudah mirip orang dewasa,” batin Indun dalam hati.
“Gimana, besar kan, Tante?” tanya Adri bangga sambil semakin memamerkan penisnya.
“Ya, lumayan juga.” Indun tak sanggup memalingkan mukanya dari benda coklat panjang itu.
”Kok cuma lumayan, ini kan sudah gede banget.” protes Adri tidak terima.
”Memang gede sih, tapi kan belum pernah dipakai. Mana bisa tahu kuat apa nggak?” pancing Indun lebih nakal lagi.
“Dipakai buat ngentot ya, Tante?” tanya Adri polos.
Indun mengangguk mengiyakan. ”Iya, kamu sudah pernah ngentot belum? Aku yakin belum!” yakin Indun .
Adri tersipu malu, “Aku kepingin ngentot, Tante, tapi bagaimana?” tanyanya bingung.
”Bukan bagaimana, tapi sama siapa! Kalau soal cara ngentot sih, Tante bisa ngajarin.” tawar Indun .
Adri langsung menyeringai lebar mendengarnya, ”Ya betul! Kenapa nggak sama Tante aja?” kata Adri ceplas-ceplos.
“Gila kamu! Ngajarin kan bisa lewat tulisan atau cerita, nggak perlu harus ngentot langsung.” kilah Indun .
“Ayolah, Tante. Masak cuma lewat tulisan, nggak seru dong!” kata Adri.
Indun diam tidak menjawab. Dia tampak berpikir keras. Sebagai seorang wanita berjilbab, ia tidak boleh melakukannya. Tapi di sisi lain, hati kecilnya tidak bisa dibohongi. Pembicaraan ini telah memancing gairahnya. Ditambah dengan kontol Adri yang besar, yang terus tersaji indah di depannya, membuat Indun jadi sangat kesulitan untuk menentukan sikap.
Bebek-bebek terus bersuara di sekitar mereka, terkadang berenang kian kemari di air sawah yang baru saja dipanen. Binatang berkaki selaput itu berebutan memakan biji pAdri yang masih banyak berserakan disana. Sisanya yang tidak kebagian mencocorkan paruhnya ke pematang sawah, berharap mendapat cacing atau siput yang sedang sial.
“Boleh ya, Tante?” Adri mendesak semakin berani.
Indun menghela nafas. Ia memandangi bocah kecil itu dan tersenyum, “Benar kamu mau tahu?” tanyanya penasaran dengan kemampuan Adri.
“Iya, Tante. Aku pengen sekali ngentot. Apalagi dengan orang secantik Tante, aku pingin sekali!!” seru Adri penuh semangat.
“Tapi kamu tidak boleh bercerita kepada siapapun juga. Sumpah?” kata Indun serius.
Indun diam tidak menjawab. Dia tampak berpikir keras. Sebagai seorang wanita berjilbab, ia tidak boleh melakukannya. Tapi di sisi lain, hati kecilnya tidak bisa dibohongi. Pembicaraan ini telah memancing gairahnya. Ditambah dengan kontol Adri yang besar, yang terus tersaji indah di depannya, membuat Indun jadi sangat kesulitan untuk menentukan sikap.
Bebek-bebek terus bersuara di sekitar mereka, terkadang berenang kian kemari di air sawah yang baru saja dipanen. Binatang berkaki selaput itu berebutan memakan biji pAdri yang masih banyak berserakan disana. Sisanya yang tidak kebagian mencocorkan paruhnya ke pematang sawah, berharap mendapat cacing atau siput yang sedang sial.
“Boleh ya, Tante?” Adri mendesak semakin berani.
Indun menghela nafas. Ia memandangi bocah kecil itu dan tersenyum, “Benar kamu mau tahu?” tanyanya penasaran dengan kemampuan Adri.
“Iya, Tante. Aku pengen sekali ngentot. Apalagi dengan orang secantik Tante, aku pingin sekali!!” seru Adri penuh semangat.
“Tapi kamu tidak boleh bercerita kepada siapapun juga. Sumpah?” kata Indun serius.
“Sumpah, Tante. Aku nggak bakal cerita sama siapapun.” Adri menganggukkan kepalanya.
Indun tersenyum dan kembali mengacak-acak rambut gondrong Adri. ”Sebentar ya,” dia melihat sekeliling, memastikan kalau mereka aman. Gubuk itu berbentuk terbuka, dengan anyaman bambu yang menutupi hingga sebatas pundak. Kalau mereka duduk, dari kejauhan, hanya kepala mereka yang terlihat. Indun menyadari hal ini dan tersenyum. Mereka bisa melakukannya!
Situasi juga sangat memungkinkan. Hari yang masih pagi membuat para petani sibuk di sawah masing-masing. Tidak akan ada yang melihat ke arah gubuk, atau bahkan mendatangi tempat dimana Adri dan Indun sedang berada sekarang. Ditambah suara ratusan bebek yang berkuek-kuek nyaring, itu bisa menyamarkan dengan baik suara desahan mereka saat ngentot nanti. ”Sempurna!” Indun membatin dalam hati. Dia kemudian berpaling kembali pada Adri.
“Kamu telentang di sini dan tetap pakai bajumu. Kalau ada orang lewat, kamu cepat menaikkan kembali celanamu!” kata Indun memberi instruksi.
Adri segera mengikuti apa yang dianjurkan oleh perempuan cantik itu. Dia tidur telentang dan celana melorot hingga sebatas paha, memperlihatkan burung besarnya yang mendongak gagah mencari mangsa. Indun mengelus-elus burung Adri sebentar sampai benda itu menjadi benar-benar keras. Gila, ternyata kontol itu bisa membengkak sampai dua kali lipat, ukurannya juga menjadi sedikit lebih panjang. Indun sampai geleng-geleng kepala dibuatnya.
”Baru umur segini sudah begini gede, gimana kalau sudah besar nanti?” Indun membatin dalam hati, menyadari potensi pada diri Adri sebagai pria perkasa.
Tak tahan, Indun segera mengangkat baju panjangnya ke atas, ia menyingkapnya hingga ke pinggang. Dibiarkannya Adri mengelus-elus kulit pahanya yang putih mulus sebentar. ”Kamu suka, Di?” tanyanya sambil melepaskan celana dalam. Dengan nakal dipamerkannya lubang memeknya yang sempit pada bocah kecil itu.
”S-suka… suka banget, Tante!” sahut Adri dengan mata nanar menatap gundukan memek Indun yang tersaji indah di depan hidungnya. Dengan tangan gemetar ia mulai mengusap-usap dan memijitinya.
”Isap, Di,” kata Indun sambil menggeser sedikit tubuhnya, ia menaruh belahan memeknya tepat di depan mulut si bocah kecil.
Adri dengan penasaran segera menjulurkan lidahnya. Rasa memek Indun yang segar dan harum membuatnya suka, iapun menjilat dan menghisap benda itu dengan begitu rakus. Adri bahkan sampai membenamkan muka ke dalam lubangnya. Ia bernafas disana. Indun yang menerimanya jadi kelojotan tak karuan. Sudah lama ia tidak merasakan yang seperti ini, dan begitu mendapatkannya, ternyata Adri begitu pintar. Gerakan lidahnya bagai orang yang sudah berpengalaman bertahun-tahun, padahal Indun tahu, ini juga saat pertama Adri.
”Ahh.. Terus, Di. Yah, disitu… isep yang mungil itu. Itu namanya itil, Di. Enak banget kalau diisep! Oughhh!” Indun merintih tak karuan. Tangannya menggapai-gapai untuk mencari pegangan agar tidak sampai ambruk karena saking nikmatnya. Tapi yang ia temukan malah kontol besar Adri. Tak apalah, daripada tidak ada sama sekali. Indun segera memeganginya dan mulai mengocoknya pelan.
Adri yang mendapat suntikan rangsangan dari Indun , melenguh pelan dan mulai menjilat semakin keras. sekarang bukan lidahnya saja yang bekerja, tapi juga tangannya. Adri menyusupkan tangannya ke balik baju terusan Indun dan menyelipkannya di balik BH perempuan cantik itu. gairahsex.com Diremas-remas tetek Indun yang menggantung indah, yang selama ini selalu menjadi obsesinya dengan penuh nafsu. Ugh, benda itu terasa begitu empuk dan kenyal. Ukurannya yang sangat besar membuat tangan mungil Adri tidak bisa mencakup semuanya. Dengan dua jari, Adri menjepit dan memilin-milin putingnya yang terasa mengganjal. Sebentar saja, benda itu sudah menjadi begitu kaku dan keras, sama dengan kontolnya yang kini mulai dijilat dan diciumi oleh Indun .
Saling mengulum kemaluan, mereka kini berposisi 69. Indun di atas dan Adri di bawah. Melihat kontol Adri yang menjadi kian keras dan panjang membuat Indun jadi tak tahan. Maka sambil menyodorkan memeknya ke mulut mungil si bocah, ia pun mulai menunduk untuk mengulum dan menjilati batang penis Adri.
Adri yang mendapat tambahan rangsangan dari Indun , memekik gembira. Dengan penuh nafsu ia menjilat dan menghisap memek sempit si ibu muda, sementara kedua tangannya terus bergerilya meremas-remas gundukan payudara Indun yang sekarang menggantung indah di balik bajunya dan sudah tidak tertutup BH.
Cukup lama mereka berada dalam posisi seperti itu sebelum akhirnya Indun bangkit dan mulai mengangkangi tubuh Adri. Menghadap lurus ke arah si bocah, Indun menaruh kedua lututnya di atas balai-balai gubuk yang terbuat dari bambu. Ditangkapnya burung Adri yang sudah menyundul-nyundul tak sabar di depan pintu gerbang surganya, lalu dituntunnya benda itu agar segera memasukinya secara perlahan.gairahsex.com Memek Indun terasa sangat lengket dan basah, campuran antara cairan kewanitaannya yang merembes keluar dan air liur Adri. Indun terus menekan tubuhnya ke bawah saat batang penis Adri sudah menyelinap masuk.
”Oughhh…” Adri merintih begitu merasakan kehangatan lubang memek Indun yang menyelimuti batang penisnya. Lorongnya terasa begitu lembut dan hangat, juga sangat menggigit sekali hingga membuat Adri yang doyan onani jadi merem melek keenakan.
Sambil mengoyang perlahan-lahan, Indun berpura-pura lagi menjaga bebeknya. Ketika ada seseorang lewat di pematang seberang, dia sengaja berteriak-teriak menghalau bebek-bebeknya. Orang itu tersenyum dan menyapa Indun , ”Giat amat, Mbak Indun . Pagi-pagi sudah ke sawah.”Cerpen Sex
Menahan desahannya, Indun tersenyum dan menjawab, ”Iya nih, Pak, oughhh… bebeknya nakal, ahh… suka nyosor ke sawah orang, ughh!”
Petani tua yang menyapanya memicingkan mata, ”Mbak Indun nggak apa-apa? Kok kayak kesakitan gitu?” tanyanya curiga.
Indun kembali tersenyum, ”B-banyak semut, ehss… pada ngegigit kaki saya!”
Pak Tua tersenyum, ”Hati-hati, Mbak. Disini semutnya nakal-nakal, sukanya gigit wanita cantik.”
”I-iya, Pak, arghhh!” Indun memekik. Saat itu, berbaring di bawah tubuhnya, Adri menggenjot penisnya semakin keras. Begitu kencangnya tusukan itu hingga beberapa kali kontolnya yang panjang menembus memek Indun hingga ke pangkal. Indun jadi kelojotan dibuatnya. Ia sangat menikmat.
Tetap tersenyum, sambil geleng-geleng kepala, si Petani Tua pergi meninggalkan Indun . Dia meneruskan langkah menuju ke sawahnya sendiri.
”Eghh… Tante!” Adri memeluk kedua paha Indun dan menggoyang pinggulnya semakin cepat. Dia juga merasa nikmat, bahkan lebih nikmat daripada yang dirasakan Indun , mungkin karena ini adalah persetubuhan pertamanya.
Setiap hari, setiap kali angon kambing, Adri selalu berfantasi dan berbicara tentang kecantikan Indun dengan teman-temannya. Bocah-bocah kecil itu ramai ngomongin betapa molek dan montoknya ibu muda itu. Beberapa kali mereka saling menantang, bertanya siapa yang berani menggoda Indun duluan. Dan sampai berbulan-bulan, ternyata hanya Adri yang berani mendekatinya. Dan sekarang dia mendapatkan hasilnya, Adri bisa merasakan tubuh montok Indun meski dalam situasi yang sangat menegangkan. Tapi justru itu yang bikin nikmat, rasa deg-degan karena takut terpergok membuat mereka meresapi setiap detik tautan alat kelamin mereka.
Memandang sekeliling, Indun memastikan kalau tidak ada lagi orang yang lewat. Sambil terus menggoyang tubuhnya dari atas, ia semakin kencang menekan pinggulnya jauh ke bawah, membuat kontol Adri jadi menusuk dan menancap lebih dalam. Mereka memekik bersamaan, cukup keras terdengar, tapi untung ada suara celoteh bebek-bebek yang menyamarkannya. Indun membungkuk dan mengeluarkan teteknya dari balik jubah, ia meminta Adri untuk menghisapnya. ”Ini kan yang kau inginkan?” tanyanya dengan kerlingan nakal.
Indun tersenyum dan kembali mengacak-acak rambut gondrong Adri. ”Sebentar ya,” dia melihat sekeliling, memastikan kalau mereka aman. Gubuk itu berbentuk terbuka, dengan anyaman bambu yang menutupi hingga sebatas pundak. Kalau mereka duduk, dari kejauhan, hanya kepala mereka yang terlihat. Indun menyadari hal ini dan tersenyum. Mereka bisa melakukannya!
Situasi juga sangat memungkinkan. Hari yang masih pagi membuat para petani sibuk di sawah masing-masing. Tidak akan ada yang melihat ke arah gubuk, atau bahkan mendatangi tempat dimana Adri dan Indun sedang berada sekarang. Ditambah suara ratusan bebek yang berkuek-kuek nyaring, itu bisa menyamarkan dengan baik suara desahan mereka saat ngentot nanti. ”Sempurna!” Indun membatin dalam hati. Dia kemudian berpaling kembali pada Adri.
“Kamu telentang di sini dan tetap pakai bajumu. Kalau ada orang lewat, kamu cepat menaikkan kembali celanamu!” kata Indun memberi instruksi.
Adri segera mengikuti apa yang dianjurkan oleh perempuan cantik itu. Dia tidur telentang dan celana melorot hingga sebatas paha, memperlihatkan burung besarnya yang mendongak gagah mencari mangsa. Indun mengelus-elus burung Adri sebentar sampai benda itu menjadi benar-benar keras. Gila, ternyata kontol itu bisa membengkak sampai dua kali lipat, ukurannya juga menjadi sedikit lebih panjang. Indun sampai geleng-geleng kepala dibuatnya.
”Baru umur segini sudah begini gede, gimana kalau sudah besar nanti?” Indun membatin dalam hati, menyadari potensi pada diri Adri sebagai pria perkasa.
Tak tahan, Indun segera mengangkat baju panjangnya ke atas, ia menyingkapnya hingga ke pinggang. Dibiarkannya Adri mengelus-elus kulit pahanya yang putih mulus sebentar. ”Kamu suka, Di?” tanyanya sambil melepaskan celana dalam. Dengan nakal dipamerkannya lubang memeknya yang sempit pada bocah kecil itu.
”S-suka… suka banget, Tante!” sahut Adri dengan mata nanar menatap gundukan memek Indun yang tersaji indah di depan hidungnya. Dengan tangan gemetar ia mulai mengusap-usap dan memijitinya.
”Isap, Di,” kata Indun sambil menggeser sedikit tubuhnya, ia menaruh belahan memeknya tepat di depan mulut si bocah kecil.
Adri dengan penasaran segera menjulurkan lidahnya. Rasa memek Indun yang segar dan harum membuatnya suka, iapun menjilat dan menghisap benda itu dengan begitu rakus. Adri bahkan sampai membenamkan muka ke dalam lubangnya. Ia bernafas disana. Indun yang menerimanya jadi kelojotan tak karuan. Sudah lama ia tidak merasakan yang seperti ini, dan begitu mendapatkannya, ternyata Adri begitu pintar. Gerakan lidahnya bagai orang yang sudah berpengalaman bertahun-tahun, padahal Indun tahu, ini juga saat pertama Adri.
”Ahh.. Terus, Di. Yah, disitu… isep yang mungil itu. Itu namanya itil, Di. Enak banget kalau diisep! Oughhh!” Indun merintih tak karuan. Tangannya menggapai-gapai untuk mencari pegangan agar tidak sampai ambruk karena saking nikmatnya. Tapi yang ia temukan malah kontol besar Adri. Tak apalah, daripada tidak ada sama sekali. Indun segera memeganginya dan mulai mengocoknya pelan.
Adri yang mendapat suntikan rangsangan dari Indun , melenguh pelan dan mulai menjilat semakin keras. sekarang bukan lidahnya saja yang bekerja, tapi juga tangannya. Adri menyusupkan tangannya ke balik baju terusan Indun dan menyelipkannya di balik BH perempuan cantik itu. gairahsex.com Diremas-remas tetek Indun yang menggantung indah, yang selama ini selalu menjadi obsesinya dengan penuh nafsu. Ugh, benda itu terasa begitu empuk dan kenyal. Ukurannya yang sangat besar membuat tangan mungil Adri tidak bisa mencakup semuanya. Dengan dua jari, Adri menjepit dan memilin-milin putingnya yang terasa mengganjal. Sebentar saja, benda itu sudah menjadi begitu kaku dan keras, sama dengan kontolnya yang kini mulai dijilat dan diciumi oleh Indun .
Saling mengulum kemaluan, mereka kini berposisi 69. Indun di atas dan Adri di bawah. Melihat kontol Adri yang menjadi kian keras dan panjang membuat Indun jadi tak tahan. Maka sambil menyodorkan memeknya ke mulut mungil si bocah, ia pun mulai menunduk untuk mengulum dan menjilati batang penis Adri.
Adri yang mendapat tambahan rangsangan dari Indun , memekik gembira. Dengan penuh nafsu ia menjilat dan menghisap memek sempit si ibu muda, sementara kedua tangannya terus bergerilya meremas-remas gundukan payudara Indun yang sekarang menggantung indah di balik bajunya dan sudah tidak tertutup BH.
Cukup lama mereka berada dalam posisi seperti itu sebelum akhirnya Indun bangkit dan mulai mengangkangi tubuh Adri. Menghadap lurus ke arah si bocah, Indun menaruh kedua lututnya di atas balai-balai gubuk yang terbuat dari bambu. Ditangkapnya burung Adri yang sudah menyundul-nyundul tak sabar di depan pintu gerbang surganya, lalu dituntunnya benda itu agar segera memasukinya secara perlahan.gairahsex.com Memek Indun terasa sangat lengket dan basah, campuran antara cairan kewanitaannya yang merembes keluar dan air liur Adri. Indun terus menekan tubuhnya ke bawah saat batang penis Adri sudah menyelinap masuk.
”Oughhh…” Adri merintih begitu merasakan kehangatan lubang memek Indun yang menyelimuti batang penisnya. Lorongnya terasa begitu lembut dan hangat, juga sangat menggigit sekali hingga membuat Adri yang doyan onani jadi merem melek keenakan.
Sambil mengoyang perlahan-lahan, Indun berpura-pura lagi menjaga bebeknya. Ketika ada seseorang lewat di pematang seberang, dia sengaja berteriak-teriak menghalau bebek-bebeknya. Orang itu tersenyum dan menyapa Indun , ”Giat amat, Mbak Indun . Pagi-pagi sudah ke sawah.”Cerpen Sex
Menahan desahannya, Indun tersenyum dan menjawab, ”Iya nih, Pak, oughhh… bebeknya nakal, ahh… suka nyosor ke sawah orang, ughh!”
Petani tua yang menyapanya memicingkan mata, ”Mbak Indun nggak apa-apa? Kok kayak kesakitan gitu?” tanyanya curiga.
Indun kembali tersenyum, ”B-banyak semut, ehss… pada ngegigit kaki saya!”
Pak Tua tersenyum, ”Hati-hati, Mbak. Disini semutnya nakal-nakal, sukanya gigit wanita cantik.”
”I-iya, Pak, arghhh!” Indun memekik. Saat itu, berbaring di bawah tubuhnya, Adri menggenjot penisnya semakin keras. Begitu kencangnya tusukan itu hingga beberapa kali kontolnya yang panjang menembus memek Indun hingga ke pangkal. Indun jadi kelojotan dibuatnya. Ia sangat menikmat.
Tetap tersenyum, sambil geleng-geleng kepala, si Petani Tua pergi meninggalkan Indun . Dia meneruskan langkah menuju ke sawahnya sendiri.
”Eghh… Tante!” Adri memeluk kedua paha Indun dan menggoyang pinggulnya semakin cepat. Dia juga merasa nikmat, bahkan lebih nikmat daripada yang dirasakan Indun , mungkin karena ini adalah persetubuhan pertamanya.
Setiap hari, setiap kali angon kambing, Adri selalu berfantasi dan berbicara tentang kecantikan Indun dengan teman-temannya. Bocah-bocah kecil itu ramai ngomongin betapa molek dan montoknya ibu muda itu. Beberapa kali mereka saling menantang, bertanya siapa yang berani menggoda Indun duluan. Dan sampai berbulan-bulan, ternyata hanya Adri yang berani mendekatinya. Dan sekarang dia mendapatkan hasilnya, Adri bisa merasakan tubuh montok Indun meski dalam situasi yang sangat menegangkan. Tapi justru itu yang bikin nikmat, rasa deg-degan karena takut terpergok membuat mereka meresapi setiap detik tautan alat kelamin mereka.
Memandang sekeliling, Indun memastikan kalau tidak ada lagi orang yang lewat. Sambil terus menggoyang tubuhnya dari atas, ia semakin kencang menekan pinggulnya jauh ke bawah, membuat kontol Adri jadi menusuk dan menancap lebih dalam. Mereka memekik bersamaan, cukup keras terdengar, tapi untung ada suara celoteh bebek-bebek yang menyamarkannya. Indun membungkuk dan mengeluarkan teteknya dari balik jubah, ia meminta Adri untuk menghisapnya. ”Ini kan yang kau inginkan?” tanyanya dengan kerlingan nakal.
Tak menjawab, Adri segera menyosor benda bulat itu. Gerakan mulutnya secepat paruh para bebek yang lagi berebutan cacing. Bedanya, kali ini puting Indun lah yang menjadi sasarannya. Adri mencucup dan menghisapnya dengan rakus. Ia menjilatinya secara bergantian, dua-duanya ia garap secara Adril, dari kiri ke kanan, lalu balik lagi lagi ke kiri. Kalau sudah kelelahan, ia benamkan mukanya ke belahannya yang curam.
”Auw!” Indun memekik kegelian menerimanya, tapi bukannya berhenti, ia malah meminta Adri agar menggigit-gigit ringan putingnya. Dengan senang hati, Adripun melakukannya. Dan Indun semakin kelojotan dibuatnya, ia terus menekan tubunnya sampai dirasakannya Adri orgasme tak lama kemudian. Sperma bocah itu berhamburan memenuhi lubang memeknya.
”Tante, aku keluar!” pekik bocah itu sambil meremas kuat-kuat tetek besar Indun .
Indun terdiam, membiarkan Adri menikmati puncak permainannya. ”Dasar bocah, baru sebentar sudah keluar.” batinnya dalam hati. Tapi Indun tak bisa menyalahkannya juga. Siapa juga yang bisa tahan main lama dengannya? Jangankan Adri yang masih bau kencur, dulu suaminya saja hanya sanggup bertahan lima menit.
”Tubuhmu terlalu nikmat, Sayang!” begitu kata suaminya beralasan kalau Indun mendengus kecewa. Dan sampai laki-laki itu meninggal, Indun tidak pernah merasakan indahnya orgasme. Jadi dia maklum saja kalau Adri yang baru pertama kali ini ngentot, jadi kelihatan cupu di depannya.
”Kamu salah memilih sasaran, Di.” gumam Indun sambil membenahi pakaiannya. Dia sudah mencabut penis Adri dari belahan memeknya dan sekarang menyuruh bocah nakal itu untuk mencuci tubuhnya di sungai. Indun menyusul tak lama kemudian. Jongkok di tepi sungai, ia membasuh lubang kencingnya yang penuh oleh sperma Adri.
”Tante, punyaku bangun lagi.” seru Adri yang duduk di sebelahnya.
Indun menoleh, dan mendapati kontol Adri yang sudah tegang kembali. ”Kenapa, kamu pengen lagi?” tanya Indun menggoda. Dia memegangi penis itu dan kembali mengocoknya pelan.
Adri mengangguk malu-malu, ”Iya, Tante.”
”Kan tadi sudah,” kilah Indun .
”Tapi masih pengen,” rengek Adri manja.
”Besok lagi ya? Sekarang Tante harus pulang, sudah siang.” Indun melepas kontol Adri, membuat si bocah melenguh kecewa.
”Besok? Disini? Seperti tadi ? tanya Adri penasaran.
Indun tersenyum dan mengangguk. Hatinya gembira, dia kini sudah punya ’teman’ yang bisa membantunya melepas birahi, meski itu adalah Adri, anak tetangganya yang baru berusia limabelas tahun. Tapi tak apa, biarpun masih kecil, tapi kontolnya sudah keras dan panjang. Dan kalau dilatih dengan benar, dengan bimbingan Indun tentunya, sebentar lagi benda itu akan menjadi dewasa dan siap untuk digunakan sepenuhnya.
“Gimana, Tante?” tanya Adri lagi, menagih janji Indun .
Indun mengangguk. “Iya, disini. Tapi ingat, kamu harus jaga rahasia ini. Kalau sampai ada orang yang tahu, bisa-bisa kamu akan dibunuh orang. Kamu nggak mau kan itu terjadi ?” ancam Indun .
Adri mengangguk setuju.
***
Esoknya, setelah mengikat kambing-kambingnya ke pohon terdekat, Adri mendekati Indun yang sudah menunggu di dalam gubuk. ”Pagi, Tante?” sapanya ramah.
Indun melirik celana bocah itu, tampak sudah ada sedikit tonjolan disana, Adri rupanya sudah tak sabar. ”Kok bawa kambing, kemana ayahmu?” tanya Indun basa-basi.
Tidak menjawab, Adri malah meloncat duduk di samping Indun dan langsung menjulurkan tangannya untuk meremas-remas tetek Indun yang tersembunyi di balik baju kurung. ”Adri kangen ini, Tante.” kata bocah itu.
”Auw!” Indun memekik kegelian menerimanya, tapi bukannya berhenti, ia malah meminta Adri agar menggigit-gigit ringan putingnya. Dengan senang hati, Adripun melakukannya. Dan Indun semakin kelojotan dibuatnya, ia terus menekan tubunnya sampai dirasakannya Adri orgasme tak lama kemudian. Sperma bocah itu berhamburan memenuhi lubang memeknya.
”Tante, aku keluar!” pekik bocah itu sambil meremas kuat-kuat tetek besar Indun .
Indun terdiam, membiarkan Adri menikmati puncak permainannya. ”Dasar bocah, baru sebentar sudah keluar.” batinnya dalam hati. Tapi Indun tak bisa menyalahkannya juga. Siapa juga yang bisa tahan main lama dengannya? Jangankan Adri yang masih bau kencur, dulu suaminya saja hanya sanggup bertahan lima menit.
”Tubuhmu terlalu nikmat, Sayang!” begitu kata suaminya beralasan kalau Indun mendengus kecewa. Dan sampai laki-laki itu meninggal, Indun tidak pernah merasakan indahnya orgasme. Jadi dia maklum saja kalau Adri yang baru pertama kali ini ngentot, jadi kelihatan cupu di depannya.
”Kamu salah memilih sasaran, Di.” gumam Indun sambil membenahi pakaiannya. Dia sudah mencabut penis Adri dari belahan memeknya dan sekarang menyuruh bocah nakal itu untuk mencuci tubuhnya di sungai. Indun menyusul tak lama kemudian. Jongkok di tepi sungai, ia membasuh lubang kencingnya yang penuh oleh sperma Adri.
”Tante, punyaku bangun lagi.” seru Adri yang duduk di sebelahnya.
Indun menoleh, dan mendapati kontol Adri yang sudah tegang kembali. ”Kenapa, kamu pengen lagi?” tanya Indun menggoda. Dia memegangi penis itu dan kembali mengocoknya pelan.
Adri mengangguk malu-malu, ”Iya, Tante.”
”Kan tadi sudah,” kilah Indun .
”Tapi masih pengen,” rengek Adri manja.
”Besok lagi ya? Sekarang Tante harus pulang, sudah siang.” Indun melepas kontol Adri, membuat si bocah melenguh kecewa.
”Besok? Disini? Seperti tadi ? tanya Adri penasaran.
Indun tersenyum dan mengangguk. Hatinya gembira, dia kini sudah punya ’teman’ yang bisa membantunya melepas birahi, meski itu adalah Adri, anak tetangganya yang baru berusia limabelas tahun. Tapi tak apa, biarpun masih kecil, tapi kontolnya sudah keras dan panjang. Dan kalau dilatih dengan benar, dengan bimbingan Indun tentunya, sebentar lagi benda itu akan menjadi dewasa dan siap untuk digunakan sepenuhnya.
“Gimana, Tante?” tanya Adri lagi, menagih janji Indun .
Indun mengangguk. “Iya, disini. Tapi ingat, kamu harus jaga rahasia ini. Kalau sampai ada orang yang tahu, bisa-bisa kamu akan dibunuh orang. Kamu nggak mau kan itu terjadi ?” ancam Indun .
Adri mengangguk setuju.
***
Esoknya, setelah mengikat kambing-kambingnya ke pohon terdekat, Adri mendekati Indun yang sudah menunggu di dalam gubuk. ”Pagi, Tante?” sapanya ramah.
Indun melirik celana bocah itu, tampak sudah ada sedikit tonjolan disana, Adri rupanya sudah tak sabar. ”Kok bawa kambing, kemana ayahmu?” tanya Indun basa-basi.
Tidak menjawab, Adri malah meloncat duduk di samping Indun dan langsung menjulurkan tangannya untuk meremas-remas tetek Indun yang tersembunyi di balik baju kurung. ”Adri kangen ini, Tante.” kata bocah itu.
Indun tersenyum dan tetap membiarkan Adri melakukannya. ”Tante juga kangen ini?” balas Indun sambil mengelus-elus kontol Adri dari luar celana. Cukup lama mereka saling merangsang hingga ada beberapa orang ibu-ibu yang lewat di belakang gubuk.
Indun segera berpura-pura menawari Adri minum kopi. ”Cepat minum, Di, sebelum keburu dingin!”
Adri langsung menenggaknya, sama sekali tidak menyangka kalau kopi itu masih sangat panas. Dia langsung mengaduh sambil jingkrak-jingkrak, lidahnya serasa terbakar. Para ibu tertawa melihatnya, bahkan Indun juga ikutan tertawa. Adri jadi tersipu karena jadi bahan tertawaan. Tapi untunglah, karena tingkahnya itu, jadi tidak ada yang curiga dengan apa yang baru saja ia lakukan bersama Indun .
”Dapat kue apa, Di, dari Tante Indun ?” tanya salah seorang ibu. Mereka rupanya hendak menuju sawah Haji karim yang hari ini dipanen.
Adripun menjawab sekenanya, ”Ini, ada singkong goreng. Tapi masih belum boleh dimakan, nunggu dibuka dulu.”
ibu-ibu tertawa mendengarnya, setelah pamit pada Indun , mereka melanjutkan perjalanan. Indun yang mengerti apa yang dimaksud oleh Adri, langsung menjitak kepala bocah itu kuat-kuat.
”Hati-hati kalau bicara, kan sudah Tante peringatkan kemarin.” ancam Indun .
”I-iya, Tante.” sambil mengusap-usap kepalanya yang jadi benjol, Adri menjawab takut-takut.
Indun jadi kasihan melihatnya. Setelah melihat sekeliling, memastikan kalau situasi aman, iapun berkata pada Adri. ”Udah… sini, sekarang kamu rebahan di pahaku. Kepalamu di sini,” Indun menunjuk pangkal paha di bawah perutnya. ”Kamu hisap tetek Tante biar lidahmu jadi dingin lagi.” kata Indun , merujuk pada kekonyolan Adri tadi .
Mengangguk kesenengan, Adripun merebahkan kepalanya di paha Indun , dinantikannya Indun yang sedang sibuk melepas kancing baju panjangnya. Tersenyum, Indun mengeluarkan teteknya dan memberikannya pada Adri, ia menarik keluar dua-duanya, menyajikan pemandangan yang sangat indah di mata si bocah. Tak berkedip, Adri segera mencium dan mengulumnya, ia hisap putingnya yang bulat runcing bergantian, kiri dan kanan. Bagai bayi yang kehausan, mulutnya terus menempel di dada Indun . Dengan jilbab lebarnya, Indun menyembunyikan kepala Adri, membuat perbuatan mesum mereka jadi terasa aman.
Di sisi lain, Indun juga tak mau tinggal diam, dia mulai mengelus-elus burung Adri. Tak puas dari luar celana, ia masukkan tangannya ke dalam celana si bocah. Masih tak puas juga, akhirnya ia pelorotkan celana pendek Adri ke bawah hingga kontolnya yang sudah menegang dahsyat terlontar keluar. Indun segera menangkap dan menggenggamnya, lalu dengan perlahan mulai dielusnya. Sementara Adri terus menghisap teteknya secara bergantian, Indun mulai mengocok benda itu kuat-kuat, ia benar-benar gemas dengan kontol muda Adri.
”Ehm… ehss… enak, Tante!” desis Adri dengan mulut tetap menempel di puting Indun , sekarang benda itu sudah terlihat basah dan memerah karena air liurnya.
Indun membalas dengan mengocok penis Adri semakin cepat, dan saat ia sudah mulai tak tahan, cepat-cepat Indun menyingkap baju panjangnya dan berbaring telentang di papan. Sedikit tak sabar, ia bimbing Adri agar segera menindih tubuhnya. Gemas ditangkapnya burung bocah itu lalu cepat dimasukkannya ke dalam memek saat Adri tampak kesulitan melakukannya. Begitu sudah masuk, reflek Adri segera memompa tubuhnya, membuat alat kelamin mereka sekali lagi saling mengisi dan menggesek.
Mereka melenguh berbarengan, juga merintih bersama-sama, serta berkeringat berdua sampai akhirnya Adri melepaskan spermanya tak lama kemudian. Sama seperti kemarin, Indun juga belum apa-apa. Ia baru merasa nikmat, tapi Adri sudah keburu terkapar duluan. Tapi lumayan, sudah sedikit lebih lama dari kemarin.
Adri segera mencabut penisnya dan duduk terengah-engah di samping Indun , ia melihat sekeliling sembari memperbaiki celananya.
“Bagaimana, ada orang” tanya Indun yang masih tiduran. Tangannya menarik kembali bajunya ke bawah hingga menutup ke mata kaki. Untuk payudaranya, tetap ia biarkan terbuka karena Adri masih mengusap-usap dan meremas-remasnya pelan. Bocah itu tampak sangat menyukainya.
Tidak menjawab, mata Adri tetap awas melihat sekeliling. Sementara tangannya juga tetap berada di atas gundukan payudara Indun , meremas-remas lembut disana sambil sesekali memijit dan menjepit putingnya yang bulat mungil.
Merasa diperdayai, Indun segera bangkit dan duduk di samping Adri. Benar, sawah kelihatan sepi, sama sekali tidak ada orang. Ia segera menjitak kepala bocah itu keras-keras, ”Dasar kamu, ya!” umpatnya karena sudah dibohongi.
Adri tertawa cengengesan sambil mengusap-usap kepalanya yang nyeri, sama sekali tidak kelihatan marah. Malah dia mengajak Indun untuk pergi ke sungai membersihkan diri.
Sejak itu, hubungan mereka menjadi semakin ’akrab’. Adri setiap hari meminta jatah kepada Indun , dia sudah tidak malu-malu lagi melakukannya, sepertinya dia sudah ketagihan dengan tubuh molek ibu muda itu. Indun yang melihatnya, jadi punya ide lain. Dengan senang hati ia memberikan tubuhnya pada Adri dengan sedikit permintaan; disuruhnya Adri ini dan itu, mulai dari menjaga bebek hingga mengangkat pakan ternak yang beratnya minta ampun. Tapi Adri tampak senang-senang saja melakukannya, yang penting ia dapat merasakan tubuh mulus Indun .
Hubungan itu terus berjalan hingga tanpa terasa sudah memasuki bulan ketiga. Adri sudah semakin ahli dan pintar, beberapa kali ia bisa mengantar Indun menuju orgasmenya. Indun senang bukan main menerimanya, ia semakin sayang pada bocah itu. Untuk jaga-jaga, Indun ikut KB. Tiap hari ia minum pil agar tidak sampai hamil. Hubungan ini tidak boleh sampai berakhir.
Dan bukan hanya mereka berdua yang senang, orang tua Adri juga ikut gembira karena anaknya diperlakukan dengan baik oleh Indun . Mereka ikhlas saja melepas Adri, bahkan menyuruh bocah itu agar tak segan membantu Indun bila ada kesulitan. Misalnya seperti hari ini, saat Indun sibuk membuat telor asin, dengan senang hati orang tua Adri mengijinkan anak mereka agar menginap di rumah Indun .
”Biar bisa cepat selesai,” begitu kata ayahnya.
Indun tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Di belakang, Adri bersorak gembira karena tadi siang, Indun menjanjikannya sesuatu yang ’spesial’, dengan syarat dia mau tidur di rumahnya. Adri jadi tidak sabar menunggu, apakah sesuatu yang spesial itu?
Malam bergerak lamban bagi Adri. Sampai pukul 21.00, mereka masih mengerjakan pesanan telor asin yang tinggal sedikit lagi selesai. Di luar, suasana cukup sepi. Di Desa itu memang jarang yang keluar malam. Kelelahan setelah bekerja seharian di ladang membuat banyak rumah yang sudah menutup pintu, bahkan tidak sedikit yang mematikan lampu. Tak terkecuali kediaman Indun , bahkan anak dan orang tua Indun sudah pada tidur sejak sore tadi . Hanya tinggal Adri dan Indun yang masih melek di malam yang dingin itu.
Adri yang sudah tak sabar segera mencolek lengan Indun , ”Gimana, Tante?” tanyanya konak.
Indun membalas dengan mengusap pelan kontol Ade, benda itu terasa sudah mengeras dan menegang penuh. ”Sabar, tinggal sedikit lagi.” bisiknya.
Adri memindahkan tangannya ke gundukan payudara Indun , membuat baju kurung yang dikenakan wanita itu jadi bernoda tanah saat dia mulai meremas-remas pelan disana. Indun hanya mendesah, tapi tidak menolak. Sambil terus membuat telor asin, dia membiarkan tangan Adri tetap berkreasi. Sekarang bocah itu malah sudah memasukkan jari-jemarinya ke sela kancing baju Indun , menyentuh gundukan payudaranya secara langsung dan memilin-milin putingnya yang sudah mulai terasa sedikit mengeras. Indun sadar, Adri sudah benar-benar pengen, nafsu bocah itu sudah tidak dapat ditangguhkan lagi.
Meletakkan telornya yang tinggal sekeranjang lagi, Indun segera mengajak Adri untuk mencuci tangan ke sumur belakang. Setelah itu ia segera menuntun si bocah masuk ke dalam kamarnya. Saat melewati dapur, Indun mengambil sedikit minyak goreng, ditaruhnya di dalam sebuah mangkok kecil.
”Buat apa, Tante?” tanya Adri penasaran.
“Ini yang kubilang spesial kemarin,” sahut Indun .
”Tante mau menggoreng ikan di kamar?” tanya Adri polos.
Tawa Indun meledak mendengarnya, ”Sudah, kamu diam saja.”
Mereka masuk ke kamar dan Indun segera mengunci pintunya. Dua anaknya sudah tidur di kamar yang lain, sedang yang terkecil lebih sering tidur bersama neneknya. Indun tidur sendiri di kamar ini. Tapi tidak malam ini, sekarang ia ditemani Adri, yang sudah ditelanjanginya sampai bugil dan disuruhnya berbaring di atas ranjang. Indun sudah melapisi spreinya dengan plastik putih tipis transaparan.
Indun segera berpura-pura menawari Adri minum kopi. ”Cepat minum, Di, sebelum keburu dingin!”
Adri langsung menenggaknya, sama sekali tidak menyangka kalau kopi itu masih sangat panas. Dia langsung mengaduh sambil jingkrak-jingkrak, lidahnya serasa terbakar. Para ibu tertawa melihatnya, bahkan Indun juga ikutan tertawa. Adri jadi tersipu karena jadi bahan tertawaan. Tapi untunglah, karena tingkahnya itu, jadi tidak ada yang curiga dengan apa yang baru saja ia lakukan bersama Indun .
”Dapat kue apa, Di, dari Tante Indun ?” tanya salah seorang ibu. Mereka rupanya hendak menuju sawah Haji karim yang hari ini dipanen.
Adripun menjawab sekenanya, ”Ini, ada singkong goreng. Tapi masih belum boleh dimakan, nunggu dibuka dulu.”
ibu-ibu tertawa mendengarnya, setelah pamit pada Indun , mereka melanjutkan perjalanan. Indun yang mengerti apa yang dimaksud oleh Adri, langsung menjitak kepala bocah itu kuat-kuat.
”Hati-hati kalau bicara, kan sudah Tante peringatkan kemarin.” ancam Indun .
”I-iya, Tante.” sambil mengusap-usap kepalanya yang jadi benjol, Adri menjawab takut-takut.
Indun jadi kasihan melihatnya. Setelah melihat sekeliling, memastikan kalau situasi aman, iapun berkata pada Adri. ”Udah… sini, sekarang kamu rebahan di pahaku. Kepalamu di sini,” Indun menunjuk pangkal paha di bawah perutnya. ”Kamu hisap tetek Tante biar lidahmu jadi dingin lagi.” kata Indun , merujuk pada kekonyolan Adri tadi .
Mengangguk kesenengan, Adripun merebahkan kepalanya di paha Indun , dinantikannya Indun yang sedang sibuk melepas kancing baju panjangnya. Tersenyum, Indun mengeluarkan teteknya dan memberikannya pada Adri, ia menarik keluar dua-duanya, menyajikan pemandangan yang sangat indah di mata si bocah. Tak berkedip, Adri segera mencium dan mengulumnya, ia hisap putingnya yang bulat runcing bergantian, kiri dan kanan. Bagai bayi yang kehausan, mulutnya terus menempel di dada Indun . Dengan jilbab lebarnya, Indun menyembunyikan kepala Adri, membuat perbuatan mesum mereka jadi terasa aman.
Di sisi lain, Indun juga tak mau tinggal diam, dia mulai mengelus-elus burung Adri. Tak puas dari luar celana, ia masukkan tangannya ke dalam celana si bocah. Masih tak puas juga, akhirnya ia pelorotkan celana pendek Adri ke bawah hingga kontolnya yang sudah menegang dahsyat terlontar keluar. Indun segera menangkap dan menggenggamnya, lalu dengan perlahan mulai dielusnya. Sementara Adri terus menghisap teteknya secara bergantian, Indun mulai mengocok benda itu kuat-kuat, ia benar-benar gemas dengan kontol muda Adri.
”Ehm… ehss… enak, Tante!” desis Adri dengan mulut tetap menempel di puting Indun , sekarang benda itu sudah terlihat basah dan memerah karena air liurnya.
Indun membalas dengan mengocok penis Adri semakin cepat, dan saat ia sudah mulai tak tahan, cepat-cepat Indun menyingkap baju panjangnya dan berbaring telentang di papan. Sedikit tak sabar, ia bimbing Adri agar segera menindih tubuhnya. Gemas ditangkapnya burung bocah itu lalu cepat dimasukkannya ke dalam memek saat Adri tampak kesulitan melakukannya. Begitu sudah masuk, reflek Adri segera memompa tubuhnya, membuat alat kelamin mereka sekali lagi saling mengisi dan menggesek.
Mereka melenguh berbarengan, juga merintih bersama-sama, serta berkeringat berdua sampai akhirnya Adri melepaskan spermanya tak lama kemudian. Sama seperti kemarin, Indun juga belum apa-apa. Ia baru merasa nikmat, tapi Adri sudah keburu terkapar duluan. Tapi lumayan, sudah sedikit lebih lama dari kemarin.
Adri segera mencabut penisnya dan duduk terengah-engah di samping Indun , ia melihat sekeliling sembari memperbaiki celananya.
“Bagaimana, ada orang” tanya Indun yang masih tiduran. Tangannya menarik kembali bajunya ke bawah hingga menutup ke mata kaki. Untuk payudaranya, tetap ia biarkan terbuka karena Adri masih mengusap-usap dan meremas-remasnya pelan. Bocah itu tampak sangat menyukainya.
Tidak menjawab, mata Adri tetap awas melihat sekeliling. Sementara tangannya juga tetap berada di atas gundukan payudara Indun , meremas-remas lembut disana sambil sesekali memijit dan menjepit putingnya yang bulat mungil.
Merasa diperdayai, Indun segera bangkit dan duduk di samping Adri. Benar, sawah kelihatan sepi, sama sekali tidak ada orang. Ia segera menjitak kepala bocah itu keras-keras, ”Dasar kamu, ya!” umpatnya karena sudah dibohongi.
Adri tertawa cengengesan sambil mengusap-usap kepalanya yang nyeri, sama sekali tidak kelihatan marah. Malah dia mengajak Indun untuk pergi ke sungai membersihkan diri.
Sejak itu, hubungan mereka menjadi semakin ’akrab’. Adri setiap hari meminta jatah kepada Indun , dia sudah tidak malu-malu lagi melakukannya, sepertinya dia sudah ketagihan dengan tubuh molek ibu muda itu. Indun yang melihatnya, jadi punya ide lain. Dengan senang hati ia memberikan tubuhnya pada Adri dengan sedikit permintaan; disuruhnya Adri ini dan itu, mulai dari menjaga bebek hingga mengangkat pakan ternak yang beratnya minta ampun. Tapi Adri tampak senang-senang saja melakukannya, yang penting ia dapat merasakan tubuh mulus Indun .
Hubungan itu terus berjalan hingga tanpa terasa sudah memasuki bulan ketiga. Adri sudah semakin ahli dan pintar, beberapa kali ia bisa mengantar Indun menuju orgasmenya. Indun senang bukan main menerimanya, ia semakin sayang pada bocah itu. Untuk jaga-jaga, Indun ikut KB. Tiap hari ia minum pil agar tidak sampai hamil. Hubungan ini tidak boleh sampai berakhir.
Dan bukan hanya mereka berdua yang senang, orang tua Adri juga ikut gembira karena anaknya diperlakukan dengan baik oleh Indun . Mereka ikhlas saja melepas Adri, bahkan menyuruh bocah itu agar tak segan membantu Indun bila ada kesulitan. Misalnya seperti hari ini, saat Indun sibuk membuat telor asin, dengan senang hati orang tua Adri mengijinkan anak mereka agar menginap di rumah Indun .
”Biar bisa cepat selesai,” begitu kata ayahnya.
Indun tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Di belakang, Adri bersorak gembira karena tadi siang, Indun menjanjikannya sesuatu yang ’spesial’, dengan syarat dia mau tidur di rumahnya. Adri jadi tidak sabar menunggu, apakah sesuatu yang spesial itu?
Malam bergerak lamban bagi Adri. Sampai pukul 21.00, mereka masih mengerjakan pesanan telor asin yang tinggal sedikit lagi selesai. Di luar, suasana cukup sepi. Di Desa itu memang jarang yang keluar malam. Kelelahan setelah bekerja seharian di ladang membuat banyak rumah yang sudah menutup pintu, bahkan tidak sedikit yang mematikan lampu. Tak terkecuali kediaman Indun , bahkan anak dan orang tua Indun sudah pada tidur sejak sore tadi . Hanya tinggal Adri dan Indun yang masih melek di malam yang dingin itu.
Adri yang sudah tak sabar segera mencolek lengan Indun , ”Gimana, Tante?” tanyanya konak.
Indun membalas dengan mengusap pelan kontol Ade, benda itu terasa sudah mengeras dan menegang penuh. ”Sabar, tinggal sedikit lagi.” bisiknya.
Adri memindahkan tangannya ke gundukan payudara Indun , membuat baju kurung yang dikenakan wanita itu jadi bernoda tanah saat dia mulai meremas-remas pelan disana. Indun hanya mendesah, tapi tidak menolak. Sambil terus membuat telor asin, dia membiarkan tangan Adri tetap berkreasi. Sekarang bocah itu malah sudah memasukkan jari-jemarinya ke sela kancing baju Indun , menyentuh gundukan payudaranya secara langsung dan memilin-milin putingnya yang sudah mulai terasa sedikit mengeras. Indun sadar, Adri sudah benar-benar pengen, nafsu bocah itu sudah tidak dapat ditangguhkan lagi.
Meletakkan telornya yang tinggal sekeranjang lagi, Indun segera mengajak Adri untuk mencuci tangan ke sumur belakang. Setelah itu ia segera menuntun si bocah masuk ke dalam kamarnya. Saat melewati dapur, Indun mengambil sedikit minyak goreng, ditaruhnya di dalam sebuah mangkok kecil.
”Buat apa, Tante?” tanya Adri penasaran.
“Ini yang kubilang spesial kemarin,” sahut Indun .
”Tante mau menggoreng ikan di kamar?” tanya Adri polos.
Tawa Indun meledak mendengarnya, ”Sudah, kamu diam saja.”
Mereka masuk ke kamar dan Indun segera mengunci pintunya. Dua anaknya sudah tidur di kamar yang lain, sedang yang terkecil lebih sering tidur bersama neneknya. Indun tidur sendiri di kamar ini. Tapi tidak malam ini, sekarang ia ditemani Adri, yang sudah ditelanjanginya sampai bugil dan disuruhnya berbaring di atas ranjang. Indun sudah melapisi spreinya dengan plastik putih tipis transaparan.
”Panas, Tante.” Adri mengomentari alas tidurnya yang aneh.
Indun tersenyum saja, tapi tidak menjawab. Ia mulai mencopoti seluruh bajunya hingga tak lama kemudian sudah sama-sama bugil. Kontol Adri tampak semakin menegang dahsyat melihat tubuh montok Indun yang tersaji indah di depannya. Inilah untuk pertama kalinya ia melihat tubuh Tantenya secara utuh, dalam jarak yang begitu dekat, tanpa perlu harus mengintip seperti yang dilakukannya dulu.
Tetap tersenyum, Indun segera berjalan mendekat sambil membawa mangkok berisi minyak goreng. Ia duduk di samping Adri. Dibiarkannya tangan Adri yang nakal mulai merambat untuk mengelus-elus seluruh tubuhnya. ”Kamu suka tubuh Tante?” tanya Indun memancing sambil tangannya mulai melumuri burung Adri memakai minyak goreng. Adri tentu saja langsung tersentak dibuatnya.
”Ehm… suka banget, Tante! Uughh… enak!” rintihnya saat Indun mulai mengocok kontolnya pelan.
Indun kembali mengucurkan minyaknya, kali ini giliran perut dan dada Adri yang menjadi sasaran. Dengan menggunakan gundukan payudaranya, Indun kemudian menunduk untuk meratakannya. Adri tentu saja langsung terkejang-kejang dipijit-pijit seperti itu. Apalagi saat Indun mulai menindih tubuhnya, dan secara perlahan memasukkan penisnya yang sudah menegang dahsyat ke dalam lubang memeknya… ugh, nyawa Adri bagai terbang ke langit ke tujuh merasakannya!
Tapi baru saja ia menggoyang, kira-kira masih sepuluh tusukan, tiba-tiba Indun berhenti menggerakkan pinggulnya, membuat kontol Adri yang baru merasa nikmat jadi ngaceng tanggung. ”Tante, kok berhenti?” tanya Adri kecewa.
Indun tersenyum penuh arti, ”Kamu suka, enak tidak?” tanya Indun nakal.
Adri mengangguk cepat, ”Enak banget, Tante. Ayo goyang lagi!” pintanya.
Indun menggeleng. ”Ada lagi yang lebih enak, kamu pasti suka!” sambil berkata, dia turun dari tubuh Adri, membuat si bocah makin mendengus kesal karena merasa dipermainkan.
”Apaan, Tante? Ayo cepetan!” seru Adri tak sabar, rasanya dia tega untuk memperkosa Indun kalau wanita itu terus menggodanya seperti ini.
Tidak menjawab, Indun mengambil minyak goreng lalu mulai melumuri lubang pantatnya sendiri. Setelah dirasa cukup merata, dia kemudian membungkuk di depan Adri, mempertontonkan lubang pantatnya yang tampak licin dan mengkilat. Adri yang tidak mengerti apa yang diinginkan oleh Indun , segera menyerbu dari belakang dan menusukkan batang kontolnya ke lubang memek si ibu muda.
”Bukan yang itu, Di.” Indun cepat mendorong tubuh Adri ke belakang. ”Tapi yang ini!” dia menunjuk lubang anusnya.
Adri celingukan, ”Apa cukup, Tante?” tanyanya sambil membandingkan ukuran penisnya dengan lubang itu.
”Lakukan saja, nanti aku tuntun,” kata Indun tak sabar. Dia kembali menungging saat Adri mulai berlutut di belakangnya. Cepat ditangkapnya burung bocah itu lalu ia tempelkan ujungnya yang tumpul ke lubang pantatnya. “Ayo tusuk, Di. Tekan yang kuat,” Indun memberi perintah.
Adri mengikuti, ia tekan kontolnya kuat-kuat hingga menembus lubang sempit itu. Ia merasakan bagaimana cengkeraman lubang anus Indun bagai mencekik burungnya, tapi tetap berusaha ia tahan karena di sisi lain ia juga merasa nikmat karenanya. Adri merasa kontolnya bagai diremas-remas dan dielus-elus ringan oleh lorong anus Indun .
“Ayo goyang, Di,” bisik Indun saat rasa kebas di pantatnya sudah mulai hilang.
Adri melakukannya, ia mulai menggoyang pinggulnya perlahan hingga batang penisnya yang besar bergerak keluar-masuk dengan pelan di dalam lubang sempit Indun . ”Eghs… Terus, Di… ughh… enak!” desah Indun keenakan. Mereka terus berada dalam posisi seperti itu hingga beberapa menit lamanya.
Sambil menggoyang, Adri menggapai tetek Indun yang menggantung indah di depannya untuk digunakannya sebagai pegangan. Putingnya yang mungil ia pilin-pilin kuat saat penisnya keluar-masuk semakin cepat di pantat perempuan cantik itu
”Ough… enak, Di! Terus! Tusuk yang dalam! Ahh…” Indun menggeleng-gelengkan kepala, merasa sangat nikmat sekali. Sudah lama ia tidak merasakan yang seperti ini, terakhir dengan suaminya beberapa tahun yang lalu, itupun tidak lama karena sang suami lebih suka mencoblos liang memeknya daripada lubang pantatnya. Dengan Adri, Indun jadi bisa menyalurkan fantasinya yang tertunda.
”Arghhh… Adri… aku… oughhh…” tak sanggup meneruskan kata-katanya, Indun meledak tak lama kemudian. Ia orgasme, air cintanya tumpah ruah membasahi plastik bening di atas sprei.
Adri sedikit kaget dibuatnya, ia sempat menghentikan goyangannya sebentar untuk mengintip apa yang terjadi . Saat tahu kalau Indun baik-baik saja, bahkan wanita itu terlihat puas dan bahagia sekali, barulah Adri meneruskan genjotannya, bahkan kali ini menjadi lebih cepat karena ia juga merasa tidak tahan lagi. Jepitan anus Indun yang sangat ketat dan kuat mustahil untuk dilawan.
”Arghhhh… Tante!” menjerit tak kalah keras, Adri memeluk kuat tubuh montok Indun dan menusukkan penisnya sedalam mungkin ke lubang dubur perempuan cantik itu, disana ia melepaskan semua spermanya berkali-kali.
Indun tersenyum saja, tapi tidak menjawab. Ia mulai mencopoti seluruh bajunya hingga tak lama kemudian sudah sama-sama bugil. Kontol Adri tampak semakin menegang dahsyat melihat tubuh montok Indun yang tersaji indah di depannya. Inilah untuk pertama kalinya ia melihat tubuh Tantenya secara utuh, dalam jarak yang begitu dekat, tanpa perlu harus mengintip seperti yang dilakukannya dulu.
Tetap tersenyum, Indun segera berjalan mendekat sambil membawa mangkok berisi minyak goreng. Ia duduk di samping Adri. Dibiarkannya tangan Adri yang nakal mulai merambat untuk mengelus-elus seluruh tubuhnya. ”Kamu suka tubuh Tante?” tanya Indun memancing sambil tangannya mulai melumuri burung Adri memakai minyak goreng. Adri tentu saja langsung tersentak dibuatnya.
”Ehm… suka banget, Tante! Uughh… enak!” rintihnya saat Indun mulai mengocok kontolnya pelan.
Indun kembali mengucurkan minyaknya, kali ini giliran perut dan dada Adri yang menjadi sasaran. Dengan menggunakan gundukan payudaranya, Indun kemudian menunduk untuk meratakannya. Adri tentu saja langsung terkejang-kejang dipijit-pijit seperti itu. Apalagi saat Indun mulai menindih tubuhnya, dan secara perlahan memasukkan penisnya yang sudah menegang dahsyat ke dalam lubang memeknya… ugh, nyawa Adri bagai terbang ke langit ke tujuh merasakannya!
Tapi baru saja ia menggoyang, kira-kira masih sepuluh tusukan, tiba-tiba Indun berhenti menggerakkan pinggulnya, membuat kontol Adri yang baru merasa nikmat jadi ngaceng tanggung. ”Tante, kok berhenti?” tanya Adri kecewa.
Indun tersenyum penuh arti, ”Kamu suka, enak tidak?” tanya Indun nakal.
Adri mengangguk cepat, ”Enak banget, Tante. Ayo goyang lagi!” pintanya.
Indun menggeleng. ”Ada lagi yang lebih enak, kamu pasti suka!” sambil berkata, dia turun dari tubuh Adri, membuat si bocah makin mendengus kesal karena merasa dipermainkan.
”Apaan, Tante? Ayo cepetan!” seru Adri tak sabar, rasanya dia tega untuk memperkosa Indun kalau wanita itu terus menggodanya seperti ini.
Tidak menjawab, Indun mengambil minyak goreng lalu mulai melumuri lubang pantatnya sendiri. Setelah dirasa cukup merata, dia kemudian membungkuk di depan Adri, mempertontonkan lubang pantatnya yang tampak licin dan mengkilat. Adri yang tidak mengerti apa yang diinginkan oleh Indun , segera menyerbu dari belakang dan menusukkan batang kontolnya ke lubang memek si ibu muda.
”Bukan yang itu, Di.” Indun cepat mendorong tubuh Adri ke belakang. ”Tapi yang ini!” dia menunjuk lubang anusnya.
Adri celingukan, ”Apa cukup, Tante?” tanyanya sambil membandingkan ukuran penisnya dengan lubang itu.
”Lakukan saja, nanti aku tuntun,” kata Indun tak sabar. Dia kembali menungging saat Adri mulai berlutut di belakangnya. Cepat ditangkapnya burung bocah itu lalu ia tempelkan ujungnya yang tumpul ke lubang pantatnya. “Ayo tusuk, Di. Tekan yang kuat,” Indun memberi perintah.
Adri mengikuti, ia tekan kontolnya kuat-kuat hingga menembus lubang sempit itu. Ia merasakan bagaimana cengkeraman lubang anus Indun bagai mencekik burungnya, tapi tetap berusaha ia tahan karena di sisi lain ia juga merasa nikmat karenanya. Adri merasa kontolnya bagai diremas-remas dan dielus-elus ringan oleh lorong anus Indun .
“Ayo goyang, Di,” bisik Indun saat rasa kebas di pantatnya sudah mulai hilang.
Adri melakukannya, ia mulai menggoyang pinggulnya perlahan hingga batang penisnya yang besar bergerak keluar-masuk dengan pelan di dalam lubang sempit Indun . ”Eghs… Terus, Di… ughh… enak!” desah Indun keenakan. Mereka terus berada dalam posisi seperti itu hingga beberapa menit lamanya.
Sambil menggoyang, Adri menggapai tetek Indun yang menggantung indah di depannya untuk digunakannya sebagai pegangan. Putingnya yang mungil ia pilin-pilin kuat saat penisnya keluar-masuk semakin cepat di pantat perempuan cantik itu
”Ough… enak, Di! Terus! Tusuk yang dalam! Ahh…” Indun menggeleng-gelengkan kepala, merasa sangat nikmat sekali. Sudah lama ia tidak merasakan yang seperti ini, terakhir dengan suaminya beberapa tahun yang lalu, itupun tidak lama karena sang suami lebih suka mencoblos liang memeknya daripada lubang pantatnya. Dengan Adri, Indun jadi bisa menyalurkan fantasinya yang tertunda.
”Arghhh… Adri… aku… oughhh…” tak sanggup meneruskan kata-katanya, Indun meledak tak lama kemudian. Ia orgasme, air cintanya tumpah ruah membasahi plastik bening di atas sprei.
Adri sedikit kaget dibuatnya, ia sempat menghentikan goyangannya sebentar untuk mengintip apa yang terjadi . Saat tahu kalau Indun baik-baik saja, bahkan wanita itu terlihat puas dan bahagia sekali, barulah Adri meneruskan genjotannya, bahkan kali ini menjadi lebih cepat karena ia juga merasa tidak tahan lagi. Jepitan anus Indun yang sangat ketat dan kuat mustahil untuk dilawan.
”Arghhhh… Tante!” menjerit tak kalah keras, Adri memeluk kuat tubuh montok Indun dan menusukkan penisnya sedalam mungkin ke lubang dubur perempuan cantik itu, disana ia melepaskan semua spermanya berkali-kali.
Indun tersenyum, semua pelajarannya untuk mendewasakan Adri kini tuntas sudah. Anak itu sudah resmi menjadi lelaki dewasa. Dipeluknya tubuh kurus Adri yang ambruk kelelahan di atas ranjang, ditunggunya hingga Adri siap untuk ronde yang kedua. Malam ini adalah malam spesial, mereka tidak boleh tidur!